Jumlah ini belum termasuk lebih dari 6.000 personel militer dan hampir 9.000 polisi yang juga dicopot dari posisinya sebagai penegak hukum serta penjaga keamanan. Sekira 3.000 hakim juga ditangguhkan dari jabatannya terkait kudeta.
Taktik pembersihan oleh Erdogan faktanya mengundang polemik di dunia internasional. Sebagaimana pemecatan tersebut dilihat terjadi secara sewenang-wenang tanpa mempertimbangkan hak asasi manusia. Ditambah dengan mencuatnya perdebatan untuk menghukum mati para pelaku kudeta yang jelas bertentangan dengan DUHAM.
Pejabat senior di Jerman pada Selasa 19 Juli 2016 menyatakan ada perpecahan mendalam di Turki saat ini. Dikhawatirkan dampaknya berimbas ke komunitas Turki yang cukup banyak jumlahnya di Jerman.
“Bahaya dari meningkatnya kekerasan antara pendukung dan oposisi Erdogan juga mengemuka di Jerman,” kata Menteri Dalam Negeri Joachim Herrmann.
Komentar miring juga datang dari Presiden Parlemen Uni Eropa, Martin Schulz. Dia menuduh upaya pembersihan pejabat di Turki sebagai aksi balas dendam terhadap pengkritik dan musuh-musuh Erdogan.
(Silviana Dharma)