"Taswidi itu orang Pati dan istrinya Grobogan. Tapi mereka sudah tinggal di sini 20-an tahun. Dan sejauh ini kita baik-baik saja," ujar Nardi.
Nardi menuturkan, Taswidi sehari-hari menggantungkan hidupnya dari berjualan kue rempeyek. "Istrinya yang buat sedangkan Taswidi yang mengedarkan ke warung-warung," ujar Nardi seraya menambahkan jangkauang edaran Taswidi menjual rempeyek sampai Genuk yang berjarak 20-an kilometer dari rumahnya.
Seperti diketahui, ZNR menarik perhatian media karena gagal naik kelas 12 di SMK 7 Semarang setelah memiliki nilai Agama 0 alias kosong. ZNR mengaku menganut salah satu aliran kepercayaan.
Padahal, SMK 7 sempat meminta ZNR memilih salah satu mata pelajaran Agama dari enam agama yang diakui pemerintah. Tujuannya, agar syarat formal kompetensi untuk bisa naik ke kelas 12 bisa terpenuhi.
Atas nasib ZNR yang sedang dalam sorotan, Nardi mengaku malah tidak tahu. "Saya tidak tahu ada berita itu. Yang saya tahu mereka sekeluarga memang berbeda agama dengan kebanyakan warga sini," ujar Nardi.
(Risna Nur Rahayu)