JAKARTA – Dalam pidatonya di hadapan sekitar dua ribu partisipan Forum Ekonomi Islam Dunia (WIEF) ke-12 di Jakarta, Perdana Menteri (PM) Malaysia, Najib Razak merujuk invasi Irak dan Arab Spring sebagai pelajaran bagi negara-negara Islam lainnya.
Rujukan agar mencegah dan menolak intervensi asing, demi stabilitas politik. Jika situasi politik sudah stabil, maka peningkatan ekonomi hanya soal waktu.
“Invasi (asing) di Irak secara khusus memicu rangkaian petaka. Chaos (kekacauan), kehancuran dan potensi negara yang terpecah adalah momok yang sudah terlihat di negara-negara seperti Irak, Suriah dan Libya,” tutur PM Najib, disadur New Strait Times, Rabu (3/8/2016).
“Yang namanya Arab Spring menghasilkan ketidakstabilan di kawasan (Timur Tengah). Sementara teroris dan milisi bersenjata lainnya, sekarang berkeliaran bebas di negeri-negeri yang sebelumnya damai. Kotak pandora konflik sektarian juga sudah terbuka,” imbuhnya.
Soal stabilitas, PM Najib mengungkit situasi politik di Malaysia dan Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim yang besar, bagaikan oase perdamaian dan stabilitas tanpa intervensi asing yang bisa dicontoh negara-negara lain.
“Ini alasannya para pemimpin harus bekerja keras menyelesaikan permasalahan bersama. Saya selalu mendukung keterbukaan terhadap dunia dan kolaborasi. Namun kita harus tetap menghormati kedaulatan, hukum dan demokrasi satu sama lainnya,” sambung PM Najib.
(Randy Wirayudha)