Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Ini Kronologi Pembunuhan Aipda Wayan Sudarsa

Raiza Andini , Jurnalis-Selasa, 23 Agustus 2016 |10:10 WIB
Ini Kronologi Pembunuhan Aipda Wayan Sudarsa
Tersangka kasus pembunuhan I Wayan Sudarsa (Foto: Raiza/Okezone)
A
A
A

BALI - Pihak kepolisian telah mengantongi kronologi pasti pembunuhan Aipda I Wayan Sudarsa. Kronologi itu didapat dari keterangan saksi dan pelaku, serta barang bukti yang ditemukan tim Puslabfor, Inafis, dan penyidik gabungan Polda Bali dengan Polresta Denpasar.

Kapolresta Denpasar, Kombes Pol Hadi Purnomo, menjelaskan secara detail insiden pembunuhan Aipda I Wayan Sudarsa di Pantai Legian. Penjelasan ini diberikan setelah kedua tersangka, David James Taylor dan Sara Connor diperiksa tim penyidik selama kurang lebih 12 jam di Mapolresta Denpasar.

Pada 17 Agustus 2016 sekira pukul 20.00 Wita, setelah meminum dua botol minuman beralkohol, sepasang kekasih itu datang ke pantai dan berpacaran di dekat bibir pantai. Mereka meletakkan tasnya di pinggir pantai dekat pintu masuk.

Setelah puas berpacaran, Sara ingat tas yang dibawanya berada di belakang mereka. Sara pun pergi untuk mengecek tas tersebut, namun ternyata tas itu telah raib. Janda dua anak tersebut panik lantaran di dalam tas tersebut terdapat uang senilai Rp3 juta dan beberapa kartu ATM di dalamnya. Kemudian, ia pun meminta tolong kepada orang yang ada di sekitar tempat kejadian perkara.

"Kebetulan ada anggota kami, Aipda Wayan Sudarsa di situ, tepatnya di tangga pintu masuk. Sara melaporkan kepada bapak itu (Wayan Sudarsa). Kebetulan bapak itu pakai rompi dan seragam polisi," kata Kapolresta di Mapolresta Denpasar, Selasa (23/8/2016).

Lantas, Aipda Wayan Sudarsa mengatakan kepada warga negara asing tersebut bahwa ia adalah seorang polisi. Namun, Sara tidak tetap ngotot menanyakan kepada korban di mana tasnya dan menuduh anggota Polantas Polsek Kuta tersebut mencuri tasnya. Padahal, korban tidak mengetahui di mana tas wanita asal Australia tersebut berada.

"Sara mulai ngeyel dan bilang kepada Wayan Sudarsa bapak harus tahu. Namanya polisi masa dipaksa harus tau. Kemudian David datang dan menuduh bapak itu sebagai tersangka dan menuduh Aipda Wayan Sudarsa sebagai polisi gadungan. Masa pakai uniform polisi gadungan," tambahnya.

(Baca :Tas Tersangka Hilang, Motif Pembunuhan Aipda Wayan Sudarsa)

Lalu David menggeledah tubuh Aipda Wayan Sudarsa. Merasa gerah dengan sikap warga negara asing tersebut, polisi bertubuh tambun itu mendorong David hingga terjatuh di pasir. Tak terima dengan perlakuan Sudarsa, keduanya kemudian bergumul di atas pasir.

"David ditindih oleh korban. Akhirnya Sara membantu menarik tubuh korban sehingga korban terjatuh. Gantian David yang tindih korban tersebut," ungkapnya.

Sara membantu menindih korban, merasa dianiaya oleh dua pelaku tersebut, Aipda Wayan Sudarsa membela diri dan menggigit tangan kanan serta paha kiri bagian dalam korban. Melihat anggota polisi itu tidak melakukan perlawanan, Sara akhirnya melepas tindihannya dan mencari tasnya yang hilang tersebut. Namun, David masih adu fisik dengan korban.

"Di situ David menemukan HP, dipukul ke korban sebanyak dua kali. Dia bilang sama bapak itu, ‘Kamu polisi gadungan ya? Mana dompet saya? Polisi bangsat.’ Polisi itu bilang enggak tau saya," tambahnya.

Lelah berkelahi dengan David, polisi itu akhirnya mengatakan bahwa tas Sara ada di sebuah tempat sambil menunjuk-nunjuk ke arah yang tidak jelas. David pun kemudian melepas tubuh korban. Pergulatan terjadi lagi setelah kaki David ditarik korban.

"Ada botol di situ, dia pukulkan sebanyak tiga kali. Sebelah kiri dan dipindahkan ke sebelah kanan dan dipukul ke korban botol itu hingga pecah. Setelah pecah, David mulai mengambil pecahan botol itu kemudian memukul korban dengan menggunakan pecahan botol itu dan terjadi 17 luka," katanya.

Belum puas menganiaya korban, David dan Sara akhirnya menggeledah tubuh Aipda Wayan Sudarsa dan melepas semua bajunya untuk mengecek tasnya yang hilang, namun tidak ditemukan di tubuh korban.

"Bapak itu pingsan. Dia belum tahu dia pingsan atau sudah meninggal dunia. Posisinya telungkup, sudah pasir-pasir di badannya. Dia cari lagi tasnya di sekitaran TKP, tapi tidak ada. Dia datang lagi ke korban dan masih belum sadar," jelasnya.

David dan Sara pun keluar dari tempat kejadian perkara, kemudian meminta tolong ke tukang ojek untuk diantar ke polisi.

"Tetapi mereka tidak mau karena berdarah-darah dan kotor. Kemudian mereka jalan kaki ke homestay," tutupnya.

(Ulung Tranggana)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement