Menurut sang ayah, Pratu Wahyudi adalah kebanggaan keluarga. Jika ada masalah terhadap keluarganya, Wahyudi yang merupakan anak pertamanya selalu siap membantu tanpa ada rasa mengeluh.
"Kita bangga setelah membesarkan, dia telah menjadi tentara. Setelah berhasil dengan menggapai cita-citanya, dia tidak lupa dengan keluarga. Dia selalu mengirim uang untuk adiknya yang masih sekolah. Kini dia telah tiada. Kami sangat terpukul," kenangnya.
Atas jasa dan dedikasinya yang gugur dalam tugas, Pratu Wahyudi lantas mendapatkan penghargaan berupa kenaikan pangkat anumerta. Komandan Korem 031 Wira Bima Pekanbaru, Brigjen TNI Nurendi mengatakan, pemberian kenaikan pangkat anumerta kepada Praka Wahyudi berdasarkan keputusan dari negara.
"Atas nama negara, mulai hari ini Wahyudi berpangkat Praka," kata Brigjen TNI Nurendi di sela acara pelepasan jenazah dari Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru menuju Magetan, kampung halaman Pratu Wahyudi hari ini.
Brigjen TNI Nurendi yang juga Komandan Satgas Penangulangan Kebakaran Hutan dan Lahan Riau, mengatakan, negara mengusulkan agar Praka Wahyudi disemayamkan di Taman Makam Pahlawan.
"Negara sudah mengizinkan agar Praka Wahyudi diistirahatkan di Makam Pahlawan," terang jenderal bintang satu ini.
Komandan Korem Wira Bima menyatakan sudah melakukan pemberitahuan agar Praka Wahyudi disemayamkan di Taman Makam Pahlawan kepada pihak keluarga.
Praka Wahyudi meninggal dunia di usia 26 tahun. Wahyudi merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Ia gugur saat memadamkan kebakaran di hutan angker di Kecamatan Bangko, Kabupaten Rohil, Riau setelah sebelumnya dinyatakan hilang sejak 18 Agustus 2016. Selamat jalan Praka Wahyudi!
(Rizka Diputra)