Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Ini Cara Pasukan Kematian Duterte Habisi Korbannya

Rahman Asmardika , Jurnalis-Jum'at, 16 September 2016 |14:00 WIB
Ini Cara Pasukan Kematian Duterte Habisi Korbannya
Mantan algojo Pasukan Kematian Davao, Edgar Matobato menunjukkan perekat yang digunakan pada korban-korbannya dalam pemeriksaan di Senat Filipina, 15 September 2016. (Foto: Reuters)
A
A
A

MANILA – Seorang mantan algojo Pasukan Kematian Davao, Edgar Matobato, mengungkap cara-cara sadis yang digunakan kelompok itu untuk menghabisi korbannya. Meski semula tujuannya hanya untuk membasmi pelaku kriminal dan penjahat, Matobato mengatakan pasukan yang bertindak atas perintah Rodrigo Duterte saat menjadi Wali Kota Davao tersebut juga membunuh lawan politik, pengkritik, bahkan orang yang tidak dia sukai.

Dalam keterangan yang disampaikan di depan Senat Filipina, Matobato menjelaskan, Pasukan Kematian Davao menerima perintah langsung dari Duterte atau dari pejabat kepolisian Davao yang ditugaskan di kantor wali kota. Setelah perintah diterima, para korban kemudian diculik oleh sekelompok orang yang mengaku sebagai petugas kepolisian. Mereka dibawa ke sebuah lokasi penggalian di mana para korban kemudian dibunuh dengan sadis.

“Para petugas mengatakan pada kami bahwa membunuh dengan cara biasa tidak cukup. Mereka adalah orang-orang sadis. Kami menanggalkan pakaian mereka, membakar tubuh mereka dan memotong-motongnya,” kata Matobato sebagaimana dilansir dari Channel News Asia, Jumat (16/9/2016). Pria berusia 57 tahun itu mengatakan selama bergabung dengan Pasukan Kematian Davao dia telah mengeksekusi sedikitnya 50 orang dengan tangannya sendiri.

Isi perut beberapa korban lainnya dikeluarkan dan dilemparkan ke laut untuk dijadikan makanan ikan. Sedangkan sebagian lainnya ditinggalkan di jalanan Kota Davao dan dibuat seperti mereka sedang menggenggam pistol.

Matobato menambahkan, tidak semua korban Pasukan Kematian Davao adalah kriminal, pemerkosa, atau pelaku tindak kejahatan lainnya. Di antara mereka terdapat orang-orang yang berseberangan dengan Duterte. Seorang warga asing yang dicurigai sebagai teroris internasional, seorang penyiar radio yang rajin mengkritik Duterte, dan kekasih dari adik perempuan sang presiden juga disebut termasuk dalam daftar korban keganasan Pasukan Kematian.

Meski sepak terjang Pasukan Kematian terdengar keji dan mengerikan, beberapa pihak meragukan kesaksian yang disampaikan Matobato karena kurangnya bukti. Salah satu dari mereka adalah putra Duterte, Paolo yang menyebut kesaksian dari Matobato adalah kabar angin yang disampaikan oleh orang gila. Juru bicara kepresidenan Filipina, Ernesto Arnabella juga meminta tuduhan terhadap Duterte tersebut untuk diselidiki lebih lanjut.

(Rahman Asmardika)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement