NEW YORK - Skandal hilangnya 33 ribu e-mail Hillary Clinton saat menjabat sebagai Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat, menjadi salah satu amunisi rivalnya, Donald Trump. Pada Debat Capres AS 2016, Senin 26 September malam waktu New York, isu ini kembali mengemuka.
Saat mendengar kebijakan Trump soal pajak, di hadapan penonton Debat Capres AS 2016, Hillary menyerang keengganan pengusaha kelas kakap itu untuk merilis tagihan pajaknya hingga kini.
"Semua kandidat presiden sebelumnya telah merilis tagihan pajak mereka. Kenapa Trump tidak mau? Saya pikir karena dia tidak mau kita (warga AS) melihat kenyataan yang sebenarnya bahwa bisnisnya tidak sebagus yang dia katakan," serang Hillary, pada Debat Capres AS 2016 Selasa (27/9/2016) waktu Indonesia.
Trump membalas dengan telak. Ia mengklaim, akan merilis tagihan pajak meski harus bertentangan dengan pendapat pengacaranya.
"Tapi, saya akan rilis tagihan pajak ketika 33 ribu e-mail Hillary dirilis. Dia protes tagihan pajakku tidak diumumkan, sedangkan 33 ribu e-mail itu belum juga dirilis," ejek Trump.
Puluhan ribu e-mail yang dimaksud Trump adalah surat-surat elektronik yang ada di akun Hillary menggunakan domain gratis. Biasanya, pejabat pemerintahan menggunakan akun dengan domain resmi kenegaraan demi menjaga keamanan.
Salah satu contoh e-mail yang bocor adalah ketika Hillary mendesak Julian Assange untuk tidak mempublikasikan isi diplomatic cable (pesan rahasia yang sering dikirimkan atau diterima oleh kedutaan kepada negara asal kedutaan tersebut).
Terkait insiden ini, Hillary selalu berargumen bahwa ia tidak merusak protokol keamanan nasional dengan menggunakan e-mail di luar yang telah disediakan pemerintah. Namun akhirnya wanita 68 tahun itu mengakui kesalahannya, termasuk saat didesak trump pada Debat Capres AS 2016 putaran pertama.
"Saya akui, saya salah karena memakai alamat e-mail non-pemerintah," ujar Hillary.
"Sudah pasti," tukas Trump.
"Jika bisa mengulang, tentu saya akan melakukan hal sebaliknya. Tetapi saya tidak akan mengajukan berbagai alasan. Itu kesalahan, dan saya bertanggung jawab atas hal tersebut," pungkasnya.
(Rifa Nadia Nurfuadah)