Kuasa usaha ad-interim KBRI Doha, Boy Dharmawan, mengungkap langkah antisipasi lain yang dilakukan adalah berkoordinasi dan bekerja sama dengan perwakilan dari 51 ormas di Qatar dalam membuat rencana kontingen.
“KBRI Doha menggunakan dua skenario pendekatan yaitu skenario Alpha dan skenario Bravo. Kita pakai Alpha jika eskalasi konflik terjadi di negara tetangga, sedangkan Bravo jika terjadinya di Qatar,” terang Boy.
Guna memaksimalkan pelayanan masyarakat, KBRI Doha secara simultan membuka pelayanan Warung Kekonsuleran di kota Messaid, sekira 40 kilometer dari ibu kota Qatar, Doha. Pelayanan disesuaikan dengan kegiatan masyarakat dan diselenggarakan pada akhir pekan agar memudahkan bagi komunitas Indonesia yang tidak bisa hadir di KBRI pada hari kerja.
Pelaksana Fungsi Protokol dan Konsuler, Zaenur Rofid, mengatakan kegiatan itu merupakan bentuk jemput bola dalam pelayanan masyarakat. Kegiatan meliputi pengurusan paspor, legalisasi dokumen, konsultasi kekonsuleran dan ketenagakerjaan serta mendata jumlah WNI di Messaid.
Segala persiapan darurat tersebut di atas mengingat jumlah WNI di Qatar mencapai lebih dari 43 ribu orang. Persebarannya terutama di Al Khor, Dukhan, Umm Said, Al Shamal, Doha, dan daerah di sekitarnya.
(Silviana Dharma)