Setibanya di kompleks istana, di dalam telah menunggu Putra Mahkota, Maha Vajiralongkorn, berpakaian militer putih dan gelang hitam pada lengannya. Calon pewaris takhta Raja Thailand itu duduk di samping biksu Buddha yang merapalkan doa bagi arwah mendiang ayahnya.
Dimakamkan dengan prosesi agama Buddha, pembacaan parita (doa-doa) bergema di seluruh Istana Phiman Rattaya atau Grand Palace. Di jalan-jalan, pria dan perempuan tanpa terkecuali mengenakan hitam putih berdoa pula dalam hatinya.
Foto: Rakyat Thailand tuang teh sambil menangis. (Wason Wanichakorn/AP)
Seluruh mata dan pikiran tertuju pada dia yang telah tiada. Bagi mereka yang tak bisa menyaksikan dari dekat, televisi menjadi media alternatif menyaksikan kepergian sang raja untuk selama-lamanya. Bahkan di ruang transportasi umum, rakyat bergerumun di depan layar kaca besar ketika proses pemindahan jenazah Raja Bhumibol ditayangkan.
Beberapa hari ke depan, diprediksi kereta api akan semakin padat. Sebagaimana banyak rakyat Thailand akan tumpah ruah di Bangkok untuk menemani Raja Bhumibol berkabung dengan tanah.
Jasadnya sendiri tidak akan dikuburkan. Meski begitu belum ditetapkan tanggal untuk kremasinya. Untuk sementara waktu, tubuhnya akan terus dibiarkan terbaring di Kuil Emerald Buddha di dalam Grand Palace sampai jangka waktu yang belum dapat ditentukan.
(Silviana Dharma)