Wiranto adalah sosok politikus sekaligus tokoh militer Indonesia. Jenderal TNI (Purn) Wiranto kini menjabat Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Republik Indonesia (RI). Wiranto merupakan anak dari RS Wirowijoro yang bekerja sebagai guru besar sekolah dasar, sedangkan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang bernama Suwarsijah. Pria yang pernah menjabat sebagai Ketua Umum Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) pada periode 2006-2010 dan 2010-2015 ini lahir di Yogyakarta pada tanggal 4 April 1947.
Wiranto dikenal sebagai politikus dan juga seorang militer. Namun, ternyata Wiranto juga memiliki keahlian dalam bidang tarik suara. Ia sempat meluncurkan sebuah album vokal dan hasil dari penjualan tersebut disumbangkan untuk membantu para pengungsi di berbagai Tanah Air.
Selain lama berkecimpung di dunia militer dan politik, Wiranto juga dikenal sebagai sosok yang peduli dengan dunia olahraga. Ia pun beberapa kali terlibat dalam organisasi olahraga. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Umum Federasi Karatedo Indonesia (FORKI) dan Ketua Umum Gabungan Bridge Seluruh Indonesia (GABSI).
Sebelumnya, semasa Wiranto berusia satu bulan, dia dibawa orangtuanya pindah ke Surakarta karena terjadi agresi Belanda yang menyerang Yogyakarta. Di Surakarta, Wiranto menyelesaikan sekolahnya hingga lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Surakarta. Ia pun melanjutkan pendidikannya ke Akademik Militer Indonesia sampai dinyatakan lulus pada tahun 1968.
Wiranto sempat dilantik ketika mengenyam pendidikan di dunia militernya di Akademi Militer Nasional (AMN) di Magelang. Ia mengawali karier militernya sebagai perwira Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) dari Korps Kecabangan Infantri pada tahun 1968. Wiranto yang kala itu menyandang pangkat letnan dua mengikuti berbagai jenis pendidikan latihan pengembangan umum maupun spesialisasi, antara lain Sussarcab Infantri (1969), Suslapa Infantri (1976), Sekolah Staf dan Komando (Sesko) TNI AD (1984), serta Lemhanas (1995). Dalam pendidikan pengembangan spesialisasi, beliau mengikuti Sussar Para (1968), Susjur Dasar Perwira Intelijen (1972), dan Suspa Binsatlat (1977).
Dengan jenjang pendidikan yang dimiliki, karier Wiranto pun semakin melesat. Wiranto diberikan mandat oleh ABRI untuk menjadi ajudan Presiden Soeharto dengan rentang waktu selama empat tahun, yaitu pada 1989-1993. Sementara itu, karier militer Wiranto tidak disangka semakin meningkat hingga akhirnya ia dipromosikan menjadi Kasdam Jaya, Pangdam Jaya, Pangkostrad, hingga menjadi KSAD.
Karier Wiranto terus menanjak dengan jabatan yang dipangkunya sebagai Kasdam Jaya (1993), lalu dipromosikan menjadi Pangdam Jaya (1994). Jabatan Wiranto naik lebih tinggi setelah menjabat sebagai Pangkostrad pada 1996. Pengalaman sebagai Pangkostrad selama 15 bulan membuatnya dipercaya menjadi Direktur Latihan pada ‘Latihan Gabungan ABRI 1996’. Dinilai baik, Wiranto kemudian diangkat menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad) pada 1997.
Pada Maret tahun 1998 Wiranto ditunjuk menjadi Pangab oleh Presiden Soeharto (saat itu Pangab adalah Panglima TNI). Sementara pada saat pergantian dari Presiden Soeharto ke BJ Habibie dan Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Wiranto masih setia menemani orang nomor satu di Republik Indonesia (RI). Pasalnya, kedua presiden tersebut tetap mempertahankan status Wiranto.
Di tengah perjalanan, Wiranto sempat ditunjuk Presiden Abdurrahman Wahid menjadi Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan. Namun, jabatan itu tidaklah berlangsung lama hingga akhirnya. Setelah itu, ia meluncurkan buku bertajuk “Bersaksi di Tengah Badai” pada 26 Agustus 2003.
Tidak beberapa lama mundur dari kementerian, Wiranto mulai memberanikan diri menjajal dunia politik. Pada 2004, Wiranto mengungguli Ketua DPP Partai Golkar Akbar Tanjung dalam konvensi calon presiden (capres) Partai Golkar. Kemenangan tersebut membuatnya melenggang sebagai capres pada tahun yang sama untuk berpasangan dengan Salahuddin Wahid. Namun, keikutsertaannya dalam Pilpres 2004 berujung kekalahan.
Beranjak dari keterpurukan, suami Rugaiya ini mulai membuat partai baru, yakni Partai Hanura pada 21 Desember 2006. Di partai barunya tersebut, ia menjabat Ketua Umum. Pada 1 Mei 2009, Wiranto bersama Jusuf Kalla (JK) mengumumkan pencalonannya sebagai pasangan calon presiden dan calon wakil presiden. Jusuf Kalla sebagai capres dan Wiranto sebagai cawapres yang diusung Partai Golkar dan Partai Hanura.
Pasangan ini menjadi pasangan yang pertama mendaftar di KPU dan mendapat nomor urut tiga dan disingkat menjadi JK-WIN. Sayangnya, dalam pemilihan presiden yang dilakukan secara langsung ini, Wiranto kembali gagal meraih kursi kepresidenan. Namun, pada periode Februari 2010-2015 Wiranto kembali menjadi Ketua Umum Partai Hanura berdasarkan hasil Musyawarah Nasional I.
Bapak tiga anak ini tidak patah semangat atas kegagalan yang ia alami kedua kalinya. Hal tersebut dibuktikan dengan sikap Wiranto yang kembali mencalonkan diri pada Pilpres 2 Juli 2013 bersama pengusaha dan CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo. Namun lagi-lagi Wiranto harus menelan pahit kegagalannya untuk ketiga kalinya.
Wiranto saat ini menjabat sebagai Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, menggantikan Luhut Binsar Pandjaitan. Presiden Joko Widodo melakukan perombakan kabinet alias reshuffle. Pelantikan jajaran menteri baru tersebut digelar di Istana Negara, Jakarta, Rabu (27/7/2016).
Berikut Profil Singkat Wiranto :
Nama : Wiranto
Profesi : Menteri Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam)
Tempat Lahir : Yogyakarta
Tanggal Lahir: 4 April 1947
Keluarga : RS Wirowijoto (Ayah)
Suwarsijah (Ibu)
Rugaiya (Istri)
Zainal Nur Rizki (Anak)
Lia Wiranto (Anak)
Maya Wiranto (Anak)
(Erha Aprili Ramadhoni)