JAKARTA – Bali Democracy Forum (BDF) kembali diselenggarakan untuk kesembilan kalinya di Nusa Dua, Bali, pada 8–9 Desember 2016. Forum kerjasama tahunan negara-negara Asia Pasifik ini diadakan untuk memperkuat kapasitas dan institusi demokrasi melalui diskusi antarnegara.
Tahun ini tanpa disengaja tema yang diusung sama dengan tantangan dalam negeri yang sedang dihadapi Indonesia. Demikian kata Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri RI Esti Andayani.
“Tema BDF tahun ini adalah ‘Religion, Democracy, and Pluralism’ atau ‘Agama, Demokrasi, dan Pluralisme’. Tak pernah terpikir temanya bisa pas dengan situasi kita saat ini. Padahal, kami sudah mengajukan tema ini pada Maret 2016. Waktu itu belum ramai-ramai kasus Ahok,” terang Esti dalam konferensi pers di Bumbu Desa, Cikini, Jakarta Pusat, pada Selasa (29/11/2016).
Esti mengungkap, kebetulan ini sangat di luar dugaan. Akibatnya, banyak pejabat tinggi negara setingkat menteri yang ingin hadir. Namun, Esti mengakui waktu yang kurang tepat membuat para menteri luar negeri Eropa yang sangat ingin belajar demokrasi dari Indonesia tidak bisa memenuhi undangan.
“Apalagi tema yang kita angkat ini sesuai dengan meningkatnya arus perpindahan manusia secara besar-besaran dari negara Timur Tengah ke Eropa. Orang-orang yang datang ini sifatnya majemuk dan ini jadi tantangan buat Indonesia kalau bisa memberi solusi untuk masalah tersebut melalui forum ini,” ujarnya.