JAKARTA – Tim penyelenggara Bali Democracy Forum 2016 sampai detik ini masih menunggu konfirmasi kehadiran Presiden RI Joko Widodo untuk membuka fora internasional tahunan itu di Nusa Dua, Bali. Acara tersebut akan dilangsungkan pada 8-9 Desember 2016.
Lamanya konfirmasi ini mensinyalkan kemungkinan bahwa orang nomor satu di Tanah Air itu akan kembali mangkir dari acara bergengsi tersebut. Sejumlah pihak pun mulai mempertanyakan perhatian Presiden Jokowi terhadap forum demokrasi negara Asia Pasifik ini.
Berbeda dari sebelumnya, mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono menaruh perhatian yang sangat besar terhadap forum demokrasi ini. Mengingat acara yang dimulai pada 2008 itu memang merupakan inisiatif presiden keenam RI itu. Sementara sejak Jokowi menjabat, Bali Democracy Forum selalu dibuka oleh Wapres Jusuf Kalla. Acara yang tadinya diadakan untuk tingkat kepala negara juga diturunkan menjadi setingkat menteri.
Foto: Esti Andayani (tengah). (Silviana Dharma/Okezone)
Perbedaan pandangan dengan presiden sebelumnya, disebut-sebut menjadi alasan ketidakhadiran Jokowi dalam Bali Democracy Forum 2016. Menanggapi rumor tersebut, Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri RI Esti Andayani membantah bahwa perhatian Jokowi telah berkurang terhadap acara tersebut.
“Tidak benar itu. Presiden Jokowi buktinya aktif menghadiri APEC, G-20 dan lain-lain. Tapi perlu dimaklumi, memang karena ada kesibukan di dalam negeri, Beliau membuat pembagian tugas dengan Wapres JK,” tukasnya dalam konferensi pers di Bumbu Desa, Cikini, Jakarta Pusat pada Selasa (29/11/2016).
Menurut Esti, mantan gubernur DKI Jakarta tersebut sangat memperhatikan Bali Democracy Forum 2016, walaupun tidak diperlihatkan. Ia mengungkap, sebenarnya Presiden Jokowi selalu mempromosikan acara ini dalam setiap pertemuan bilateral.
“Beliau selalu mengingatkan, mengundang dan mendorong para kepala negara mengirimkan menterinya hadir dalam BDF. Dubes-dubes di sini juga jadi semangat datang karena Bapak Presiden mendorong mereka untuk hadir,” ujarnya.
Bali Democracy Forum adalah diskusi internasional yang dipelopori oleh mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Acara ini pertama kali digelar pada 10–11 Desember 2008 dengan tema ‘Building and Consolidating Democracy: A Strategic Agenda for Asia’. Sesuai namanya, forum ini akan selalu diadakan di Bali, sedangkan waktunya ditentukan setiap awal Desember.
Indonesia memandang BDF dapat berkontribusi positif bagi usaha konsolidasi demokrasi di dalam negeri, serta menjadi forum antarpemerintah yang bersifat inklusif dan terbuka bagi negara-negara demokrasi maupun negara-negara yang beraspirasi demokratis.
Tamu undangan terdiri dari 57 negara peserta dari wilayah Asia Pasifik, 67 negara peninjau dari Amerika, Eropa dan Afrika, serta sembilan organisasi internasional. Lebih dari setengahnya sudah mengonfirmasi akan hadir pada Bali Democracy Forum 2016 yang akan mengangkat tema, ‘Agama, Demokrasi dan Pluralisme’.
(Silviana Dharma)