MEDELIN – Media-media Kolombia berhasil menemukan rekaman menit-menit akhir jatuhnya pesawat maskapai LaMia di Medelin. Dari rekaman suara tersebut terdengar pilot mengatakan kepada menara kontrol bahwa pesawat tersebut kehabisan bahan bakar (avtur) sebelum jatuh di Pegunungan Andes.
Pilot juga berkali-kali meminta izin untuk mendarat karena terjadi kegagalan elektrik. Seorang petugas menara kontrol terdengar memberikan instruksi kepada pilot di saat pesawat mulai kehilangan kecepatan dan menurun hanya sekira 13 kilometer (km) menjelang Bandara Medelin. Sebelum hening, pilot sempat melaporkan ketinggian pesawat berada di 9.000 kaki.
Rekaman tersebut seakan membenarkan kesaksian seorang pramugari yang selamat dan pilot pesawat yang terbang di dekat LaMia. Keduanya mendengar teriakan minta tolong dari pilot pesawat nahas tersebut. Otoritas terkait masih berhati-hati untuk menyimpulkan penyebab kecelakaan pesawat.
Kepala Badan Penerbangan Sipil Kolombia Alfredo Bocanegra mengatakan, meski bukti-bukti awal menunjukkan adanya problem elektrikal, kemungkinan penyebab kecelakaan karena kehabisan bahan bakar tidak bisa dikesampingkan begitu saja. Sebuah pesawat diharuskan memiliki bahan bakar ekstra untuk terbang setidaknya 30-45 menit ke bandara lainnya dalam keadaan darurat.
Sebelum terbang menuju Medelin, pesawat sempat singgah di Bolivia untuk mengisi bahan bakar. Maskapai LaMia menyatakan, pesawat Avro RJ85 itu memiliki jarak terbang maksimum 2.965 km usai mengisi bahan bakar. Jarak tersebut berada sedikit di bawah jarak tempuh Medelin – Santa Cruz, tempat pesawat mengisi ulang bahan bakar.
Ada kemungkinan pilot membuang sebagian bahan bakar atau ada kebocoran. “Jika penyidik mengonfirmasi hal ini, maka akan sangat menyakitkan, sebab itu menunjukkan adanya kelalaian,” tutur Bocanegra, seperti dimuat The Guardian, Kamis (1/12/2016).
Salah satu kunci memecahkan misteri itu adalah keterangan dari pramugari pesawat yang berhasil selamat, Ximena Sanchez. Perempuan asal Bolivia itu mengakui pesawat kehabisan bahan bakar hanya beberapa saat sebelum kecelakaan. Penyidik akan meminta keterangan darinya lebih lanjut pada Rabu 30 November 2016 sore waktu setempat.
“Kami kehabisan bahan bakar. Mesin pesawat tiba-tiba mati. Hanya itu yang dikatakan Ximena kepadaku,” tutur Arquimedes Mejia yang membantu menarik Ximena dari bangkai pesawat. Penyidik juga meminta keterangan dari kopilot maskapai Avianca bernama Juan Sebastian Upegui yang tengah mengontak menara pengawas Bandara Jose Maria Cordova, Medelin, saat insiden terjadi.
“Mayday Mayday! Kami mengalami gangguan elektrik. Saya ingat saya berdoa bagi mereka. ‘Ayo, ayo, ayo’. Lalu tiba-tiba semuanya berhenti. Perempuan petugas menara pengawas itu berhenti berbicara dan ia terdengar sangat sedih. Kami yang ada di pesawat mulai menangis,” tutur Upegui.
Salah satu petunjuk lainnya adalah tidak ada sisa bahan bakar di lokasi kecelakaan. Biasanya pesawat akan terbakar karena terbentur sesuatu hingga tercipta bola api. Enam orang yang berhasil selamat dari bangkai pesawat semakin menguatkan dugaan tersebut. Sebab, mereka berhasil selamat karena pesawat tidak meledak.
Sebagaimana diberitakan, pesawat yang membawa rombongan klub sepakbola Brasil Chapecoense Real itu terjatuh di Medelin pada Senin 28 November 2016. Sebanyak 71 orang tewas dalam insiden tersebut. Sebagian besar pemain klub Chapecoense meninggal dunia. Presiden Brasil Michel Temer mengumumkan tiga hari masa berkabung nasional demi mengenang para korban.
(Wikanto Arungbudoyo)