Sementara KPU DKI Jakarta memberikan ruang bagi ketiga pasangan calon untuk melakukan debat publik sebanyak tiga sesi. Pada debat publik, KPU DKI mewajibkan hadir bagi setiap pasangan calon karena bagian dari tahapan pilkada.
“Debat yang dilaksanakan KPU karena bagian dari tahapan pilkada. Maka, seluruh paslon harus hadir," kata Ketua KPU DKI Jakarta Sumarno kepada Okezone beberapa waktu lalu.
Debat publik dibagi menjadi tiga sesi. Sesi I akan diselenggarakan 13 Januari 2017, sesi II pada 27 Januari, dan sesi III pada 10 Februari. Debat publik ini akan menjadi panggung bagi tiap pasangan calon untuk menggambarkan program visi dan misinya.
Pengamat politik Ray Rangkuti menilai calon yang dapat memimpin Jakarta harus bisa memberikan solusi atas persoalan macet, banjir, dan kemiskinan yang masih mendera. Mudahnya mencari pemimpin yang laik, kata Ray, dapat dilihat dari visi dan misi setiap pasangan calon.
"Tentu pemimpin yang dapat menyelesaikan (macet, banjir, kemiskinan). Cuma kan kalau bicara menyelesaikan harus dilihat visi-misinya. Ya tentu dalam visi-misi tentu bisa menjawab itu semua," ucapnya kepada Okezone.
Direktur Lingkar Madani Indonesia (LIMA) itu menambahkan, rekam jejak setiap pasangan calon juga perlu menjadi bahan pertimbangan warga dalam memilih pemimpinnya. Sehingga, mereka yang terpilih nanti benar-benar orang yang memiliki integritas.
"Oleh karena itu, mungkin selain membaca visi-misi siapa yang paling relevan, rasional, yang paling masuk akal menjawab tantangan (persoalan Jakarta) itu tentu perlu melihat track record masing-masing kandidat ini," paparnya.
"Apakah track record mereka menunjang visi dan misi itu. Terkait kinerja, kejujuran, transparansi, dan partisipasi. Saya pikir modal-modal itulah yang korelasi antar-track record itu, apa yang menjadi acuan bagi pemilih untuk menetapkan apakah mereka memilih pasangan cagub 1, 2, atau 3," tambahnya.
Ray pun mengingatkan masyarakat jangan mudah tergiur dengan visi dan misi pasangan calon karena bisa jadi hal tersebut hanya trik mereka untuk menarik suara di pemilihan pada 15 Februari 2017. Oleh karena itu, pentingnya bagi masyarakat untuk menelaah dengan aktif mencari tahu latar belakang setiap pasangan calon sebelum memutuskan pilihannya.
"Jadi, jangan hanya lihat visi-misinya. Kalau cuma itu yang dilihat yah hampir bisa disebut bagus-bagus. Tapi dilihat track record-nya juga. Dengan visi dan misi seperti ini apakah masuk akal atau tidak ataukah visi-misi seperti ini bisa dipercaya (direalisasikan) oleh paslon itu," jelasnya.
Apa pun itu, warga DKI yang berhak menentukan pilihannya pada 15 Februari 2017. Semoga Jakarta mendapatkan pemimpin yang benar-benar dibutuhkan dan mampu untuk menuntaskan berbagai persoalan di Ibu Kota.
(Arief Setyadi )