KEMATIAN Kim Jong-nam membawa publik internasional menaruh perhatian kepada Kim Han-sol yang tidak lain anak kandung Jong-nam. Pasca-pembunuhan Kim Jong-nam, keberadaan pemuda 21 tahun itu hingga saat ini tidak diketahui.
Surat kabar terbitan Korea Selatan mencoba untuk melakukan penelusuran ke kediaman keluarga Jong-nam di Makau. Ada dua lokasi yang didatangi tim surat kabar tersebut. Keduanya dipercaya sebagai tempat tinggal Han-sol; adiknya, Kim Sol-hui; dan ibunya, Lee Hye-kyong.
Sayang, penelusuran tersebut tidak membuahkan hasil. Tidak ada sedikit pun petunjuk yang bisa membawa tim itu untuk berjumpa dengan keluarga Jong-nam. Otoritas Makau mengatakan bahwa pihaknya akan melakukan apa pun untuk memastikan keselamatan dan hak penduduk Makau serta para pendatang.
Berdasar keterangan agen mata-mata Korea Selatan, keluarga Jong-nam berada di bawah perlindungan Tiongkok. Istri pertama Jong-nam dan anak laki-lakinya dilaporkan menetap di Beijing.
Secara akademis, Han-sol punya prestasi yang gemilang. Sayang, terkadang niatnya untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya terganjal statusnya sebagai warga negara Korut. Pada 2011, di usianya yang baru menginjak 16 tahun, Han-sol yang telah diterima untuk berkuliah di Li Po Chun World College, Hongkong, harus mengurungkan niatnya untuk bisa berkuliah di tempat itu. Visa pelajarnya ditolak oleh pemerintah Hongkong. Apa lagi penyebabnya kalau bukan satusnya sebagai WN Korut.
Sorotan media yang dianggapnya cukup berlebihan itu juga dipercaya Han-sol cukup memengaruhi kehidupannya sebagai pelajar. Saat hendak mengikuti program United World College di Mostar, Bosnia-Herzegovina, aplikasi visanya sempat dibekukan setelah media-media Korea Selatan membuatnya menjadi pusat perhatian.
Padahal, Han-sol begitu bersemangat mengikuti program tersebut. Saat diwawancara untuk program itu, Han-sol yang dikenal sebagai sosok periang dan mudah bergaul mengaku sangat senang berteman. Dengan mengikuti program tersebut, dia berharap bisa punya banyak teman lagi.
Disinyalir, dia ingin punya banyak teman karena sejak kecil hidup terisolasi. Ayahnya yang dibuang sang kakek terpaksa tinggal jauh dari kampung halaman. Itu juga yang membuat Han-sol tidak punya banyak teman di kampung halamannya. Tapi, di luar Korut, seperti Makau, dia dengan senang hati bisa berteman dengan teman-teman dari seluruh dunia. Di tempat itu, dia bisa bergaul dengan teman dari Korea Selatan dan Amerika Serikat yang merupakan musuh Korut.
"Sepertinya kami sudah menjadi teman baik pada akhirnya. Itu muncul begitu saja karena rasa penasaran individu masing-masing," ungkapnya.
Seperti dikutip dari The Telegraph, di Le Havre Campus of France's Sciences Po University Han-sol terdaftar sebagai mahasiswa program sarjana Eropa-Asia dengan konsentrasi hubungan antara Eropa dan Asia. Berdasar surat kabar Korea Selatan, Dong-a Ilbo, Han-sol juga sudah diterima di program pascasarjana Oxford University. Namun, dia belum berkuliah di tempat tersebut.
Sementara itu, suasana di area pintu masuk menuju check-in counter Kuala Lumpur International Airport (KLIA) 2, tempat Kim Jong-nam diserang, terlihat normal kemarin (19/2). Hilir mudik calon penumpang memadati area tersebut. Area itu sempat dipasangi garis polisi saat proses rekonstruksi. Namun, berdasar pantauan Jawa Pos di lapangan, tidak ada lagi garis polisi di lokasi tersebut. Kegiatan di lokasi itu berjalan seperti biasanya.
Kendati penyerangan itu berlangsung pagi, saat aktivitas bandara sudah dimulai, tidak semua orang menyadarinya. Seorang kasir minimarket di bandara mengaku tidak mengetahui kejadian tersebut. Dengan wajah bingung, dia berusaha mengingat-ingat apakah pernah mendengar cerita tentang kejadian tersebut. "Saya tidak tahu soal itu," ucapnya.
Pengakuan seorang pramusaji sebuah restoran di bandara beda lagi. Dia mengaku tahu tentang kejadian tersebut meskipun tidak menyaksikan secara langsung. Dengan sigap, dia langsung menunjukkan lokasi kejadian. Dia menunjuk area pintu masuk dengan meja informasi sebagai lokasi pembunuhan. Namun, dia tidak tahu pasti detail kejadian itu.
"Saya sempat melihat gambarnya. Di Facebook, juga cukup banyak yang membicarakannya. Lokasinya di sana. Sepertinya orang Korea atau Jepang yang jadi korbannya. Saya kurang tahu," ucapnya sambil menunjukkan lokasi.
Insitut Perubatan Forensik Negara (IPFN) Hospital Kuala Lumpur pun terlihat biasa-biasa saja. Tidak ada lagi penjagaan ketat seperti beberapa hari lalu. Jika sebelumnya, lokasi tempat jenazah Kim Jong-nam diautopsi sempat dijaga oleh beberapa orang polisi, kemarin lokasi tersebut terlihat lengang. Hanya ada dua penjaga yang terlihat berjaga. Penjaga satu bertugas untuk menjaga gerbang. Sementara, penjaga lainnya bertugas di dalam pos penjagaan.
Jurnalis yang bertugas di IPFN pun jumlahnya sudah berkurang. Menurut seorang jurnalis lokal yang namanya enggan disebut, mereka sudah tiga malam bermalam di lokasi itu. Dan kemarin, beberapa dari mereka bergeser untuk menghadiri konferensi pers yang digelar di Kantor Pusat Polis Diraja Malaysia Bukit Aman. Konferensi pers itu menjadi konferensi pers pertama sejak kasus pembunuhan tersebut terjadi pada Senin (13/2) lalu.
Konferensi pers dihadiri oleh cukup banyak media. Baik dari dalam negeri Malaysia, maupun dari luar negeri. Jumlahnya ratusan. Kebanyakan dari mereka berasal dari Korea Selatan. Ada juga yang berasal dari Jepang, Tiongkok, Vietnam, dan Amerika Serikat.
Awak media asing sempat dilarang untuk mengikuti konferensi pers. Polis Diraja Malaysia melarang media yang tidak memiliki media pass yang dikeluarkan Jabatan Penerangan Malaysia. Namun, karena kebanyakan media yang hadir berasal dari luar negeri dan tidak memiliki media pass yang dimaksud, Polis Diraja Malaysia memperkenankan media masuk asalkan memiliki media pass yang dikeluarkan oleh perusahaan masing-masing.
(Rifa Nadia Nurfuadah)