“Pertama-tama sebagai bangsa Indonesia yang sejak 1969, saya sangat menyesalkan karena pemerintah kita (RI) tidak memberi perhatian sama sekali. Karena para korban yang memberikan hidupnya untuk kemerdekaan (RI) tidak boleh dan tidak bisa dilupakan,” ungkap Jeffry melalui email-nya kepada Okezone.
“Tiga institut itu (KITLV, NIMH dan NIOD) selama 70 tahun ini tidur. Mereka baru bangun untuk memeriksa daging sendiri yang mau dijual. Tiga institut ini tidak bisa dipercaya. Apalagi kalau saya lihat program (penelitiannya) terkait Periode Bersiap,” imbuhnya.
Ya, salah satu program penelitian kembali yang akan digulirkan KITLV, NIMH dan NIOD di Indonesia adalah soal “Periode Bersiap”. Sebuah masa yang kacau balau di negeri kita pada rentang akhir 1945 hingga awal 1946. Sebuah masa yang sensitif untuk dibahas.
“Selama pemerintah Belanda tidak mengakui kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, sejarah yang diperiksa kembali adalah sejarah Belanda (Hindia Belanda) yang bertanggung jawab sampai 27 Desember 1949. Karena ini, Belanda tidak bisa dan tidak boleh menyebut ‘Indonesia’,” sambung Jeffry.
“Belanda menganggap 27 Desember 1949 (penyerahan kedaulatan) sebagai hadiah kepada Indonesia yang menjadi merdeka! Ini semua dari kacamata Belanda. Kalau Belanda mengakui kemerdekaan (RI), sejarahnya jadi lain karena Belanda berarti menyerang begara yang berdaulat dan dalam hukum, ini berarti kejahatan perang,” lanjutnya.