Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

HISTORIPEDIA: Tragedi Pembantaian Rwanda dan Pertikaian Suku Hutu-Tutsi

Wikanto Arungbudoyo , Jurnalis-Jum'at, 07 April 2017 |06:00 WIB
HISTORIPEDIA: Tragedi Pembantaian Rwanda dan Pertikaian Suku Hutu-Tutsi
Pengungsi Rwanda. (Foto: Every Culture)
A
A
A

PEMIMPIN umat Katolik sedunia, Paus Fransiskus, menyampaikan permohonan maaf atas keterlibatan dan peran gereja dalam pembantaian atau genosida Rwanda pada 1994. Pengadilan Internasional PBB mendakwa empat orang pastor atas peran mereka dalam genosida tersebut pada 2001.

Salah satu yang dijatuhi hukuman adalah Pastor Athanse Seromba. Ia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup atas peran aktifnya dalam pembunuhan sekira 2.000 warga suku Tutsi yang mencari perlindungan di gerejanya.

Pembantaian Rwanda dimulai dengan perang sipil antara suku Hutu dengan suku Tutsi. Akar permasalahan dimulai pada awal dekade 1990 ketika Presiden Juvenal Habyarimana yang berasal dari suku Hutu, menggunakan retorika anti-Tutsi sebagai jalan memuluskan kekuasaan.

Retorika tersebut berujung pada sejumlah tragedi pembantaian suku Tutsi pada Oktober 1990. Meski kedua suku tersebut memiliki banyak kesamaan, keragaman bahasa, serta kebudayaan selama bertahun-tahun, undang-undang mewajibkan registrasi ulang berdasarkan suku.

Pemerintah dan militer Rwanda kemudian memulai gerakan Interahamwe yang berarti serangan bersama-sama. Kedua pihak itu menyiapkan pemusnahan suku Tutsi dengan membekali senapan dan golok kepada suku Hutu. Januari 1994, pasukan PBB di Rwanda mengingatkan bahwa pembantaian besar-besaran sedang terjadi.

Pressiden Juvenal Habyarimana kemudian tewas karena pesawat yang ditumpanginya ditembak jatuh pada 6 April 1994. Tidak diketahui dengan pasti pelaku serangan tersebut, apakah organisasi militer suku Tutsi yang bernama Front Patriotik Rwanda (RPF), atau ekstremis Hutu yang sengaja melakukan hasutan untuk pembunuhan yang lebih masif.

Yang tercatat dalam sejarah, seperti dimuat History, Jumat (7/4/2017), adalah ekstremis Hutu di militer yang dipimpin oleh Kolonel Theoneste Bagosora kemudian beraksi. Mereka membunuh suku Tutsi dan suku Hutu yang dianggap berpaham moderat dalam hitungan jam usai kecelakaan tersebut.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement