Bicara soal nuansa Ramadan di kedua negara, kakek yang sedang menantikan kelahiran cucu kelimanya itu melihat Indonesia dan Malaysia sama saja. Pemikirannya pun sama, senang berbuka dengan makanan yang ringan dulu, seperti kurma, gorengan dan yang manis-manis.
Usai berbuka, ramai-ramai orang pergi ke masjid untuk salat mahgrib dan tarawih. Lalu pulang, berkumpul saja dengan keluarga, beristirahat sampai waktunya sahur.
“Saya sampai saat ini tak lihat ada perbedaan berarti di antara kedua negara. Paling hanya makanan beda sedikit, tetapi dari segi proses sama,” sambungnya.
Jika Indonesia memaknai Ramadan untuk mendekatkan diri dengan keluarga dan Tuhan, Dato’ Seri meyakinkan di Malaysia pun sama. Bahkan ketika hari raya Idul Fitri datang, selama dua hari itu Ibu Kota menjadi sunyi sepi.