"Ini kita canangkan di pesantren bersama ulama. Ceramah di masjid para ustadznya akan bercerita bagaimana NKRI, bagaimana kebhinekaan, serta Pancasila itu yang selaku dikelola. Selain elemen tersebut kita sering sosialisasi kontraradikalisme di Bima misalnya di masjidnya, atau pesantrennya," tukasnya.
Sementara itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) NTB, Saiful Muslim mengatakan, sosialisasi kontradikalisme dilakukan secara bersama oleh seluruh elemen masyarakat. Bagi MUI, ada tiga pondok pesantren yang menjadi perhatian khusus yakni Pesantren Abu Bakar As Siddiq dan Pesantren Almadinah di Bima, kemudian Pesantren Usman bin Affan di Dompu.
Dulunya ada juga Pesantren Umar bin Khatab yang sekarang perubahannya sudah luar biasa. “Sudah ganti nama menjadi madani yang awalnya tertutup menjadi terbuka. Kami bersama mulai dari Kapolda, Kabinda, Kesbangpol, Korem terus turun untuk melakukan kontraradikal ini," katanya.
Berdasarkan data yang dihimpun sembilan teroris yang berasal dari Bima dan bergabung dalam kelompok Santoso itu antara lain ,Basri alias Bagong, Muhammad Fuad alias Fajar alias Chan, Shaka alias Anton alias Tiger,Busran alias Bursro alias Atif, Farid alias Imam, Qatar alias Farel, Na'e alias Galuh,Abu Alim, Ahmad Yani Anwar alias Romzi alias Basir dan istri kedua almarhum Santoso Jumiatin Muslim alias Atun alias Bunga alias Umi. Dari sembilan orang ini ada yang tewas, dan ditangkap oleh Satgas Operasi Tinombala.
(Salman Mardira)