Hadapi Era VUCA, Perusahaan Harus Lakukan Transformasi Budaya
DUNIA saat ini sedang berhadapan dengan era VUCA. Sesuai namanya, era VUCA penuh dengan perubahan-perubahan yang sangat cepat (volatile), situasi yang tidak pasti (uncertainty), situasi yang kompleks (complexity) dan ambigu (ambiguity).
Era VUCA menuntut banyak pihak untuk segera tanggap dengan segala perubahan yang terjadi, khususnya perusahaan karena jika tidak maka ancaman kolaps akan dihadapi. Seperti yang dialami perusahaan komputer kelas dunia IBM dan Blackberry.
Sehingga suka tidak suka, banyak perusahaan mesti mentransformasi budayanya, karena jika tidak mereka akan tersingkir dan punah dari lingkungannya.
Intinya, kita harus tahu keadaan saat ini dan harus mau menjadi seperti apa. Apakah budaya yang kita harapkan sudah sesuai dengan strategi bisnis? Apakah kita punya kemampuan untuk menuju budaya yang ingin dibentuk atau orang-orang didalamnya sudah siap untuk menuju ke sana.
Untuk mengetahui budaya seperti apa yang kita punya, budaya apa yang sudah kuat, budaya apa yang perlu dipertahankan, dan budaya yang perlu diperbaiki maka diperlukan adanya pengukuran budaya. Seringkali proses transformasi budaya tidak melalui proses pengukuran budaya sehingga terkadang tidak sampai ke tujuan dan sasaran.
Kita harus ketahui budaya karyawan kita sejauh mana gapnya dengan budaya yang akan dibentuk. Apa energi yang membuat para karyawan tidak produktif sehingga transformasi budaya akan optimal. Lalu, upaya yang harus dilakukan untuk transformasi budaya efektif, efisien, dan tepat sasaran.
ACT Consulting membantu perusahaan untuk membuat roadmap perusahaan agar dapat mencapai visi dan misinya. Kami memiliki tools untuk mengukur budaya agar dapat diketahui sejauh mana gap antara budaya perusahaan saat ini dengan budaya yang diharapkan. Selain itu, sejauh mana nilai-nilai yang dicanangkan sebagai core values betul-betul hidup pada budaya saat ini.
ACT Consulting juga melakuan pengukuran kondisi budaya saat ini (current culture) dan budaya yang diharapkan (desired culture) serta entropi budaya sebuah organisasi atau energi yang digunakan untuk kegiatan non produktif. Dengan berbagai perangkat pengukuran, baik training pembangunan karakter, skill, dan kompetensi leader, serta ketersediaan assessment dan roadmap.
Tujuannya, proses perjalanan membangun budaya perusahaan dari kondisi saat ini berlangsung sehingga dapat mencapai budaya yang diharapkan secara terukur dan komprehensif.
(Fahmi Firdaus )
