Sungguh pernyataan yang membuat hati menjadi bimbang tidak karuan. Dengan berat hati, Fitria lalu meneken surat persetujuan itu. Ia dan suaminya mengaku hampir putus asa dengan semua cobaan dari Tuhan itu.
"Ya Allah, berikanlah mukjizat-Mu. Berilah kesembuhan untuk anak hamba ya Allah. Jangan hukum dia. Ia masih terlalu kecil untuk menerima sakit ini ya Allah. Tangisku meledak-ledak sudah tak terkendali," tulis Fitria
Pagi itu Minggu 30 juli 2017 tepatnya sekira pukul 07.00 WIB ia dan suaminya kembali dipanggil dokter ke ruangan PICU. Di situ mereka diberitahu jika kondisi Hafizh semakin memburuk. Dokter pun berujar bahwa denyut nadi Hafizh terus anjlok yakni hanya 70-60 (normal 90-100). Melihat kondisi itu Fitria dan suaminya langsung lemas. Harapan untuk tetap bertahan hidup bagi anaknya sepertinya sangat kecil dan hampir mustahil untuk bayi seusia Hafizh.
Uniknya, dengan kondisi nafas yang sudah 'engap' Hafizh masih bisa tersenyum sambil menatap wajah ibunda tercintanya. "Kulihat Hafizh menatapku dalam-dalam, seperti pertanda kalau ia akan meninggalkan aku pergi selamanya. Aku pun tersenyum membalas tatapannya," kenang Fitria.
Kondisi terburuk pun akhirnya tiba. Ajal datang menghampiri bayi mungil periang itu. Tak ada yang mampu mencegah jika Tuhan sudah berkehendak untuk mencabut nyawa hamba-Nya.
"Bunda sayaaanggg banget sma dd Hafizh. Kucium keningnya dan tak lama Hafizh pun 'tiada'. Innalillahi wa inna ilaihi roji'un. Semua menjadi sangat gelap. Duniaku telah pergi untuk selamanya. Tangisku dan tangis suamiku meledak. Segeralah kami menghubungi keluarga kami. Pukul 10.08 WIB tanggal 30 juli 2017 Hafizh telah pergi meninggalkan kami. Suara tangis tak henti dari diriku dan keluarga. Ya Allah, jika ini yang terbaik. Lindungilah Hafizh, berikanlah ia tempat yang indah di surga-Mu. Berikanlah ketabahan dan kekuatan untuk kami yang ditinggalkan. Amiin," demikian tutup Fitria.
(Rizka Diputra)