Bayi 7 Bulan Diselamatkan dari Reruntuhan Gempa di Pulau Wisata Italia
ISCHIA – Pulau Ischia yang terkenal sebagai destinasi wisata di Italia, diguncang gempa ringan berkekuatan 3,6 skala Richter (SR) pada Senin 21 Agustus 2017 malam waktu setempat. Gempa tersebut mengakibatkan dua orang tewas dan 40 lainnya luka-luka.
BACA JUGA: Gempa Guncang Pulau Wisata di Italia, 1 Orang Tewas
Meski relatif kecil, guncangan gempa mampu merobohkan sejumlah bangunan dan memicu kepanikan warga. Tim SAR setempat langsung bergerak cepat untuk menyelamatkan warga yang kemungkinan berada di bawah timbunan puing-puing bangunan.
Upaya tersebut berhasil menyelamatkan seorang bayi berusia tujuh bulan dari bawah puing-puing. Seperti dimuat Standard, Selasa (22/8/2017), bayi tersebut langsung diberikan alat bantuan pernapasan saat diselamatkan dan langsung dibawa ke tempat lebih aman untuk mendapatkan perawatan.
Tim penyelamat juga sudah berhasil melacak keberadaan dua orang anak-anak lainnya. Mereka diyakini masih hidup meski tertimbun puing bangunan. Tim penyelamat saat ini berupaya keras menarik mereka dari puing-puing bangunan.
Satu orang korban tewas diketahui berjenis kelamin perempuan. Ia meninggal dunia setelah tertimpa runtuhan dinding batu yang berasal dari Gereja Santa Maria Yang Terpilih. Sementara itu, satu orang korban tewas lainnya belum diketahui identitasnya.
Warga Pulau Ischia yang berada di dekat garis pantai Napoli, langsung berhamburan keluar dari rumah saat terjadi guncangan gempa. Langkah serupa dilakukan para turis yang lari terbirit-birit di jalanan sempit Pulau Ischia. Sebagian besar turis juga meninggalkan pulau tersebut karena takut terjadi gempa susulan.
Tim SAR menurunkan beberapa unit helikopter dan sebuah kapal feri untuk membawa lebih banyak sukarelawan ke Pulau Ischia. Beberapa kapal feri tambahan juga disiagakan untuk membantu turis dan warga yang ingin meninggalkan Pulau Ischia sepanjang malam.
Ketika matahari muncul, puluhan orang langsung memadati empat buah dermaga yang berada di Pulau Ischia. Sebagian besar dari mereka diketahui sebagai turis yang memutuskan mengakhiri liburan lebih cepat karena insiden gempa bumi tersebut.
(Wikanto Arungbudoyo)
