CROSBY – Dua buah ledakan terjadi di sebuah pabrik petrokimia di Crosby, Texas, Amerika Serikat (AS). Ledakan tersebut terjadi sebagai dampak dari banjir bandang yang menggenangi pabrik tersebut. banjir sendiri diakibatkan oleh Badai Harvey yang melanda Negeri Paman Sam sejak Jumat 25 Agustus.
Ledakan menyebabkan seorang wakil sheriff terpaksa dilarikan ke rumah sakit akibat menghirup asap kimia. Sementara itu, sembilan orang lainnya langsung membawa dirinya sendiri ke rumah sakit sebagai langkah pencegahan. Pabrik tersebut diketahui milik perusahaan bernama Arkema.
Pihak Arkema menuturkan, pertama kali mendapat pemberitahuan mengenai ledakan tersebut pada Kamis (31/8/2017) sekira pukul 02.00 waktu setempat. Meski demikian, api yang muncul sebagai dampak ledakan tidak segera dipadamkan, tetapi dibiarkan menyala sendiri hingga padam.
“Peroksida organik sangat mudah terbakar dan, seperti yang disepakati dengan pejabat publik, adalah lebih baik membiarkan api padam dengan sendirinya,” bunyi pernyataan resmi Arkema, mengutip dari The Guardian, Kamis (31/8/2017).
“Kami mengingatkan warga setempat untuk waspada karena produk tersebut disimpan di sejumlah lokasi di pabrik, dan ancaman ledakan susulan masih ada. Tolong jangan kembali ke area sepanjang zona evakuasi,” lanjut perusahaan yang bergerak di bidang petrokimia itu.
Pabrik petrokimia tersebut sudah ditutup sejak Jumat 25 Agustus 2017 sebagai antisipasi Badai Harvey. Meski demikian, 11 orang pekerja diminta untuk tetap tinggal dengan tugas menjaga agar bahan-bahan kimia tersebut tetap aman.
Para pekerja piket itu langsung dievakuasi setelah aliran listrik pabrik dimatikan dari suplai utama serta generator cadangan. Otoritas Crosby turut memerintahkan evakuasi penduduk dalam jangkauan radius 2,4 kilometer (km) dari pabrik tersebut.
Badai Harvey sejauh ini tercatat menewaskan 35 orang dan memaksa 32 ribu lainnya mengungsi ke tempat penampungan. Badai tersebut muncul pertama kali di Rockport, Texas, sejak Jumat 25 Agustus. Harvey disebut-sebut merupakan badai terkuat yang melanda AS dalam waktu 50 tahun terakhir.
(Wikanto Arungbudoyo)