JENEWA - Pelapor khusus PBB, Yanghee Lee mengecam kegagalan pihak berwenang di Myanmar untuk membantu Muslim Rohingya melakukan evakuasi ke lokasi yang lebih aman. Ia pun memperingatkan situasi yang memburuk dengan cepat di negara bagian Rakhine di Myanmar.
"Lebih  dari 27.000 orang telah menyeberang ke Bangladesh di daerah sekitar  Cox's Bazar, sementara 20.000 lainnya masih terdampar di antara kedua  negara. Jumlah tersebut terus bertambah," kata Lee seperti dikutip dari Anadolu, Sabtu (2/9/2017).
"Saya  meminta Pemerintah untuk segera memberikan bantuan segera kepada semua  masyarakat yang terkena dampak di Negara Bagian Rakhine, dan memberikan  akses yang tidak terbatas kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk  memberikan bantuan kemanusiaan," sambungnya.
Lee pun mengungkapkan kekhawatirannya terhadap nasib ribuan etnis Rohingya yang melarikan diri ke Bangladesh.
(Baca juga: Bahas Situasi Warga Rohingya, Menlu Retno Berdialog dengan Sekjen PBB)
"Situasi  kemanusiaan memburuk dengan cepat dan saya khawatir ribuan orang  semakin berisiko melakukan pelanggaran berat terhadap hak asasi mereka.  Puluhan ribu Muslim Rohingya sekarang dilaporkan melarikan diri ke  Bangladesh," ujar Lee didukung oleh pelapor khusus PBB untuk kebebasan  beragama atau berkeyakinan, Ahmed Shaheed, dan pelapor khusus mengenai  masalah minoritas, Fernand de Varennes.
Ada beberapa laporan yang  dapat dipercaya bahwa tentara di Myanmar menggunakan granat berpeluncur  roket terhadap warga sipil yang bergerak menuju Bangladesh.
"Siklus kekerasan yang memburuk sangat memprihatinkan dan harus segera dirusak," ucap Lee.
Kekerasan  di Rakhine, Myanmar, meletus pada 25 Agustus ketika pasukan Myanmar  melancarkan operasi terhadap komunitas Muslim Rohingya. Aksi ini memicu  masuknya pengungsi baru ke negara tetangga Bangladesh, meskipun negara  tersebut menutup perbatasannya untuk para pengungsi.
Laporan  media mengatakan pasukan keamanan Myanmar menggunakan kekuatan yang  tidak proporsional, menggusur ribuan warga desa Rohingya dan  menghancurkan rumah mereka dengan mortir dan senapan mesin.
(Baca juga: Laporan Terbaru! 47.500 Muslim Rohingya Melarikan Diri ke Bangladesh Sepekan Terakhir )
Daerah ini telah mengalami ketegangan antara populasi Budha dan Muslim sejak kekerasan komunal terjadi pada Tahun 2012.
Sebuah  tindakan kekerasan yang dilakukan pada bulan Oktober yang lalu di  Maungdaw, di mana Rohingya menjadi mayoritas, menyebabkan sebuah laporan  PBB mengenai pelanggaran hak asasi manusia oleh pasukan keamanan yang  mengindikasikan kejahatan terhadap kemanusiaan.
PBB mendokumentasikan pemerkosaan massal, pembunuhan - termasuk bayi dan anak kecil - pemukulan brutal, dan penghilangan paksa. Perwakilan Rohingya mengatakan sekitar 400 orang telah terbunuh dalam tindakan keras tersebut.
(Qur'anul Hidayat)