Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Pilu! Curhatan Seorang Ibu ke Presiden Jokowi Tuntut Keadilan Anaknya yang Tewas Disiksa

Rizka Diputra , Jurnalis-Jum'at, 15 September 2017 |13:58 WIB
Pilu! Curhatan Seorang Ibu ke Presiden Jokowi Tuntut Keadilan Anaknya yang Tewas Disiksa
(Foto: Facebook/@Maria Agnes)
A
A
A

JAKARTA - Seorang pengguna akun facebook @Maria Agnes menyampaikan curahan hatinya kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) soal kasus putranya yang tewas, yakni Hilarius Christian Event Rahardjo yang hingga kini tak jelas ujung pangkalnya.

Belum tuntasnya kasus kematian Hilarius sejak Januari 2016 silam jelas menimbulkan banyak tanya terutama bagi para pencari keadilan di negeri ini. Dalam postingannya, Maria menyebut anaknya disinyalir telah 'dipaksa' bertarung seperti gladiator dengan siswa SMA Mardi Yuana.

Mendiang putranya itu menurut dia telah mengalami siksaan dan diadu laiknya binatang. Meski sempat ingin mundur dari arena pertarungan, anaknya malah tambah dianiaya.

Melalui curhatnya kepada Presiden, Maria berniat menuntut keadilan agar para pelaku penganiayaan yang menewaskan putranya diproses secara hukum yang berlaku di negara ini. Berikut isi curahan hati Maria yang ia posting di laman akun facebook-nya pada 12 September 2017 pukul 15.23 WIB. Postingannya itu telah dibagikan lebih dari 27 ribu kali oleh netizen.

Berikut curhatan lengkap Maria terkait tragedi kematian putranya Hilarius Christian Event Rahardjo:

Kepada Bapak Presiden RI Joko Widodo yang saya hormati,

Salam sejahtera buat bapak sekeluarga dan seluruh rakyat Indonesia. Bapak, saya adalah seorang ibu biasa dari Kota Bogor yang biasa bapak kunjungi. Saya tinggal di dekat Istana Batutulis Bogor. Bapak, izinkan saya mengadu dan bicara apa adanya tentang kekerasan yang merenggut nyawa anak saya Hilarius Christian Event Raharjo kelas 10 di sekolah SMU Budi Mulya, Jalan Kapten Muslihat Bogor, lingkungan gereja Katedral Bogor. Dan siswa yang membunuh anak saya adalah siswa SMU Mardi Yuana, Jalan Sukasari, Bogor, lingkungan gereja katolik Santo Fransiskus Asisi.

Hari demi hari adalah siksaan buat saya yang menginginkan keadilan untuk penghilangan nyawa anak saya Pak Presiden. Iya Pak, saya terhalang oleh hati saya yang tersiksa oleh syarat autopsi yang harus dilakukan terhadap anak saya yang sehat wal afiat dibunuh dan harus disiksa lagi dengan autopsi. Bukankah saya berhak untuk menolak autopsi. Tapi saya inginkan supaya semua pelakunya di hukum. Karena ada 50 orang lebih yang menonton anak saya disiksa sampai sakaratul maut yang divideokan oleh siswa-siswa sekolah katolik tersebut dalam waktu hanya beberapa menit.

Kenapa anak saya setelah meninggal harus disiksa lagi Pak Presiden? Hilarius diadu seperti binatang di arena sorai-sorai anak MY dan BM. Meninggal karena dalam kondisi jatuh ditarik kakinya diinjak ulu hatinya, jantungnya diinjak, mata memutih. Hila berusaha bangun dan saat sakratul maut kejang-kejang dipukul di bagian kepala enam kali pukulan di kepala dan Hila meninggal di TKP di lapangan SMU Negeri 7 Indrapasta Bogor atas suruhan promotor dari MY DO an untuk pukul Hila yang belum KO katanya. Saat Hila ingin mundur tidak mau berkelahi, pinggang Hila ditendang oleh Ketua Osis Budi Mulya yang saat itu menjabat, hingga Hila meninggal dalam hitungan detik atau beberapa menit dan mereka pelakunya ini tidak dihukum Pak.

Hanya yang saat itu sedang berkelahi saja yang dikeluarkan dari sekolah. Sementara promotor acara Bom Bom An dr Do dan Budi Mulya ini masih bebas berkeliaran tak ada tanggung jawab secara moral, hanya uang pemakaman saja. Bapak Presiden, saya memohon Pak supaya ada penyempurnaan peraturan hukum untuk kekerasan yang mengakibatkan tunas bangsa harapan negara dan orangtua nya nyawa nya hilang tanpa belas kasih. Biar mereka pembunuhnya masih di bawah umur, tapi akibatnya tetap sama, hilang nyawa orang lain. Saya sedih dan hancur Bapak Presiden. Mohon Bapak membantu saya untuk solusi keadilan.

(Rizka Diputra)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement