DHAKA - Sempat bereaksi keras terhadap pengungsi Muslim Rohingya, sikap Pemerintah Bangladesh kini mulai melunak. Bangladesh melonggarkan pembatasan terhadap kelompok bantuan yang bekerja di kamp pengungsi.
Bahkan, Bangladesh juga meminta dana USD250 juta dari Bank Dunia untuk mendanai bantuan darurat. Langkah ini diambil Bangladesh setelah kedatangan lebih dari 435 ribu muslim Rohingya dari Myanmar yang memenuhi area perbatasan mereka.
AFP, seperti diberitakan Times of India, Rabu (27/9/2017) melaporkan, seorang direktur Biro Urusan Organisasi Non-pemerintah (NGO) Bangladesh, Shahdat Hossain, menyatakan, institusinya telah mengizinkan 30 kelompok lokal dan internasional untuk memenuhi kebutuhan darurat para pengungsi Rohingya di sejumlah kamp.
BACA JUGA: Tegas! Ahli HAM PBB Desak Suu Kyi Temui Pengungsi Rohingya Secara Pribadi
BACA JUGA: PM Bangladesh: Saya Melihat Rohingya yang Lapar, Tertekan dan Tanpa Harapan di Myanmar
Selama beberapa tahun terakhir, Bangladesh amat ketat membatasi akses ke kamp Rohingya tanpa pernah memberi alasan. Pemerintah Bangladesh sendiri sensitif terhadap masalah keamanan dan khawatir bahwa kedatangan pengungsi muslim Rohingya dapat memicu kemarahan dari kelompok ekstremis.
BACA JUGA: Keren! Myanmar Apresiasi Bantuan Indonesia untuk Pengungsi Rakhine
BACA JUGA: PBB: Dunia Harus Membantu Pengungsi Rohingya yang Trauma dan Dalam Kondisi Sulit!
Nyatanya, kedatangan pengungsi baru sejak 25 Agustus kian membebani sejumlah kamp yang ada. Sebelum gelombang eksodus tersebut, kamp-kamp itu sudah menampung 300 ribu muslim Rohingya yang melarikan diri dari kerusuhan di Myanmar.
Saat ini para pengungsi di kamp-kamp tersebut menghadapi kelangkaan makanan dan obat-obatan. Di saat yang sama, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan lonjakan risiko penyakit kolera akibat buruknya sanitasi.
Hossain menjelaskan, meski membuka sedikit akses ke kamp pengungsi Rohingya, sejumlah kelompok bantuan masih hanya diizinkan untuk bekerja selama dua bulan di kamp sekitar kota perbatasan Cox’s Bazar. Kelompok-kelompok itu juga harus fokus menyediakan layanan kesehatan, fasilitas sanitasi dan tempat perlindungan bagi pengungsi Rohingya.
(Rifa Nadia Nurfuadah)