Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

OKEZONE STORY: Dari Rangkaian Tragedi, Penemuan Balok Lego yang Mendunia Terjadi

Rahman Asmardika , Jurnalis-Jum'at, 29 September 2017 |08:02 WIB
OKEZONE STORY: Dari Rangkaian Tragedi, Penemuan Balok Lego yang Mendunia Terjadi
Pendiri Lego, Ole Kirk Christiansen, bersama salah satu koleksinya (Foto: Worldkings)
A
A
A

SIAPA yang tak kenal dengan Lego? Balok-balok plastik kecil itu merupakan salah satu mainan paling terkenal di dunia saat ini. Faktanya, pada 2016, lebih dari 75 miliar balok Lego terjual di seluruh dunia.

Perusahaan Lego yang didirikan lebih dari 80 tahun lalu kini menjadi salah satu perusahaan pembuat mainan paling ikonik di dunia. Namun, kisah di balik perjuangan Ole Kirk Christiansen mendirikan Lego ternyata penuh dengan serangkaian nasib buruk dan perusahaan terkenal itu hampir saja tidak jadi dibangun.

Cerita Lego dimulai di sebuah toko pertukangan di Denmark pada masa sebelum listrik masuk banyak digunakan. Pada saat itu, Ole Kirk Christiansen hanyalah seorang tukang kayu sederhana dan Billund hanyalah sebuah desa yang sama sekali tak dikenal. Christiansen muda yang mengalihkan kecintaannya dalam meraut dan bermain dengan kayu menjadi sebuah usaha kemudian membuka tokonya sendiri di Billund pada 1916.

Awalnya, toko Christiansen memproduksi perabot umum seperti tangga, bangku kecil dan papan setrika. Namun, pada 1924, saat dia ingin memperluas bisnisnya yang sukses, putranya secara tidak sengaja menumpuk serpihan kayu di atas api sehingga menyebabkan kebakaran. Api yang menyala menghancurkan seluruh bangunan - dan rumah keluarga Christiansen.

Orang lain mungkin akan menyerah sat melihat besar kerugian dari kebakaran tersebut. Namun Christiansen justru melihat kejadian itu sebagai alasan untuk membangun bengkel yang lebih besar.

Sayangnya tragedi belum berakhir. Pada 1929, jatuhnya pasar saham Amerika Serikat (AS) menyebabkan dunia jatuh dalam depresi, dan pada 1932, Christiansen kehilangan istrinya yang meninggal dunia. Dirundung bencana pribadi dan keuangan, Christiansen terpaksa memecat sebagian besar stafnya dan berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Tragedi yang dialami Christiansen ternyata menjadi pondasi bagi kisah sukses pria itu di kemudian hari. Karena masa-masa yang sulit, Christiansen terpaksa mengambil keputusan untuk menggunakan kayu-kayunya dengan hemat dan membuat barang-barang murah yang dapat dijual. Salah satunya adalah mainan-mainan kecil.

Meski mulanya tak sukses dan sempat bankrut, Christiansen tidak menyerah. Dia terus membuat mainan dan menolak berhenti saat saudara-saudaranya memberi syarat untuk memberikan pinjaman. Pada akhirnya, kecintaan Christiansen pada mainan yang mendorong perusahaannya untuk tetap maju meski mengalami masa sulit.

Dia bahkan mengubah nama perusahaan tersebut untuk menunjukkan arah barunya di masa mendatang, leg godt yang dalam bahasa Denmark berarti 'bermain dengan baik'. Nama perusahaan itu kemudian berubah menjadi Lego yang dikenal sampai saat ini.

Pada 1942, di tengah kancah Perang Dunia II (PD II), saat Denmark diduduki oleh Jerman, sebuah kebakaran kembali mengancam kehidupan Christiansen dan pabriknya kembali habis dilalap api. Namun, kali ini, Christiansen telah mapan dan memiliki cukup dana untuk bangkit kembali.

Ketika PD II berakhir, banyak produk manufaktur tradisional yang digunakan untuk memproduksi barang konsumsi tidak tersedia. Akibatnya, banyak produsen melihat kemajuan dalam plastik untuk menciptakan alternatif murah.

Di antara kemajuan tersebut salah satunya adalah alat cetakan injeksi plastik yang menggunakan lelehan plastik dan menekannya ke dalam rongga cetakan yang detail. Namun, karena langkanya material, pemerintah Denmark melarang penggunaan komersialnya sampai 1947.

Meskipun ada larangan, Christiansen tetap membeli mesin cetak injeksi plastik pertama di Denmark pada 1946 dan mulai bereksperimen menggunakannya untuk mainan-mainannya. Pada 1947, dia akhirnya diizinkan untuk menggunakannya untuk barang yang bisa dia jual - dan pada 1949, perusahaan tersebut menciptakan produk mainan plastik yang disebut Automatic Binding Brick.

Mainan tersebut memiliki penampilan yang mirip dengan Lego modern dan menurut keterangan Lego yang dilansir History, Jumat (29/9/2017), namanya yang menggunakan bahasa Inggris merupakan sebuah persembahan kepada Pasukan Sekutu yang membebaskan Denmark dari pendudukan Nazi Jerman dan mengakhiri PD II.

Balok Lego terinspirasi oleh satu set batu balok self-locking yang ditemukan oleh sebuah perusahaan Inggris, Kiddicraft. Menurut Lego, Kiddicraft mengizinkan perusahaan itu untuk menggunakan desain mereka, tetapi pada 1981, Lego secara resmi membeli hak cipta balok-balok Kiddicraft dari keturunan penemunya.

Christiansen dan putranya, Godtfred, memberikan perbaikan pada desain baIok Kiddicraft dan mulai menjual balok plastik mereka pada 1949. Meskipun mainan itu bukan produk LEGO yang paling populer, tetapi seiring berjalannya waktu kepopulerannya semakin bertambah.

Ole Kirk Christiansen senior meninggal dunia pada 1952, saat sang putra hampir menggagas penggunaan balok terikat sederhana sederhana sebagai dasar sebuah “Sistem Permainan” yang utuh. Sistem tersebut dirancang berdasarkan prinsip bahwa semua blok harus saling terkait dan meningkatkan baik potensi imajinatif anak dan penjualan dari balok-balok mainan tersebut. Sistem ini menjadi dasar dari Lego modern yang berarti setiap balok Lego yang diproduksi sejak 1955 bisa saling berpaut dengan yang lain.

Baru lima tahun setelah meluncurkan sistem permainannya, Lego kembali mengalami bencana kebakaran. Seperti kebakaran yang pertama kali terjadi, kali ini api membakar semua persediaan mainan kayu dan benar-benar menyudahi nasib perusahaan. Karena itulah Lego kemudian memutuskan untuk tidak lagi menggunakan kayu dan bergerak maju dengan menggunakan plastik.

Hari ini, keputusan itu berarti bisnis besar. Billund, kota kelahiran Ole Kirk Christiansen yang semula tidak dikenal kini telah menjadi daerah tujuan wisata dan Grup Lego telah berkembang menjadi sebuah raksasa industri mainan internasional. Semua itu tidak akan pernah terjadi tanpa balok-balok mainan sederhana atau api yang berkali-kali hampir menghancurkan mimpi keluarga Christiansen.

(Wikanto Arungbudoyo)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement