BANGLADESH - Sungguh memprihatinkan kondisi para pengungsi Rohingya di kamp pengungsian di Kutupalong, Bangladesh. Terutama, banyak anak-anak yang jadi yatim piatu.
Dari data UNICEF per September lalu, dalam waktu sebulan sejak konflik mencuat pada 25 Agustus lalu, jumlah pengungsi Rohingya menembus angka 480 ribu jiwa. Yang mengejutkan, 1.400 jiwa di antaranya adalah anak-anak tanpa orang tua. Mereka menjadi korban kekerasan tentara Myanmar.
Anak-anak itu nekat berjalan selama belasan hari dan menyeberangi Sungai Naf tanpa didampingi oleh orang tua. Bukan karena ditinggalkan, bukan pula karena memisahkan diri dari orang tua mereka. Lebih dari itu, anak-anak tersebut terpaksa melarikan diri, membawa fakta bahwa orang tua mereka telah dibunuh atau hilang tanpa jejak. Berhari-hari lamanya anak-anak ini meyelamatkan diri menuju Bangladesh ditemani ingatan horor tersebut.
Di Kamp Kutupalong, wajah-wajah lugu tersebut nampak kosong. Banyak di antara mereka yang terlihat dingin, ketakutan, maupun trauma, seperti yang dipaparkan UNICEF. Para anak-anak yatim piatu mencoba bertahan dalam kamp pengungsian, berbaur dengan kawan sebayanya dengan nasib yang sama.
(Baca juga: Alhamdulillah.. Tenda Bantuan Indonesia untuk Pengungsi Rohingya di Bangladesh Telah Didirikan)
Tim SOS Rohingya dari Aksi Cepat Tanggap (ACT) yang masih berada di Bangladesh pun berikhtiar menjangkau para pengungsi yatim piatu tersebut. Senin (2/10), Tim SOS Rohingya XV menyambangi Kamp Kutupalong, Cox’s Bazar.