BANGLADESH - Sebanyak 515 ribu pengungsi rohingya tiba di Bangladesh, menyusul kekerasan yang semakin intens terjadi di negara bagian Rakhine, Myanmar. PBB menyebut aksi militer Myanmar sebagai pembersihan etnis.
Kini nasib pengungsi Rohingya semakin mengkhawatirkan. Selain masalah yang berkaitan dengan kebutuhan air bersih, tempat tinggal dan makanan, wabah penyakit kini menjadi permasalahan tambahan di pengungsian. Hal itu dikatakan Relawan Kemanusiaan, Rumah Zakat, Hendrik Andika.
Selain mendistribusikan bantuan pangan dan logistik, Rumah Zakat sebagai bagian dari IHA (Indonesian Humanitarian Alliance) juga mengirimkan dua orang perawat untuk memberikan layanan di posko kesehatan pengungsi Rohingya bersama tim medis lainnya yang tergabung dalam IHA.
"Kami menggelar layanan kesehatan di Medical Camp yang berlokasi di Jamtoli, Ukhiya sejak Jumat, 6 Oktober 2017, lalu," ungkap Hendrik Andika kepada Okezone, Rabu (11/10/2017).
Dua orang perawat Rumah Zakat masuk ke dalam tim 1C yang beranggotakan dua orang dokter dan tujuh perawat. Di tiga hari pertama, tim 1C telah memberikan layanan kesehatan kepada 954 pengungsi Rohingya.
“252 diantaranya adalah anak-anak yang rata-rata menderita ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas), fever dan diare,” jelas Dika.
Jamtoli Camp merupakan Camp yang baru dibuka di wilayah Ukhiya, Bangladesh sebulan terakhir ini, menyusul banyaknya warga Rohingya yang mengungsi sejak 25 Agustus 2017 lalu. Hingga sekarang masih banyak warga Rohingya lainnya yang baru berdatangan ke Jamtoli Camp.
“Perjalanan menuju Jamtoli Camp ini cukup jauh, tim 1C memerlukan waktu sekitar 2 jam untuk sampai ke sana,” ujar Dika. “Kondisi Jamtoli Camp yang padat, minimnya sanitasi ditambah perubahan cuaca dari musim kemarau ke musim penghujan membuat kesehatan para penggungsi mulai menurun, karenanya kami membuka Medical Camp di sini,” tambah Dika.
(ydp)
Follow Berita Okezone di Google News
(amr)