“Kami akan berupaya mencapai kesepakatan, membujuk, dan menerangkan kepada mereka pentingnya dialog serta duduk bersama di meja perundingan dan mencoba mencari titik kompromi,” tandas Valentina Matviyenko.
Perempuan berusia 68 tahun itu yakin jika pertanyaan yang sama diajukan kepada warga Korut dan Korsel, mereka akan menjawab tidak ingin perang. Ia menganggap, para delegasi parlemen memiliki peran penting dalam mengupayakan solusi untuk mengurangi ketegangan di Semenanjung Korea.
Sebelumnya, perundingan antara Korut dengan Korsel dilakukan dengan format enam pihak (six party talks) yang dijadwalkan berlangsung selama lima kali antara 2003-2007. Perundingan tersebut melibatkan Korsel, Korut, Amerika Serikat (AS), China, Rusia, dan Jepang.
Hingga tahapan ketiga pada perundingan kelima, Korut masih sepakat untuk menutup fasilitas nuklirnya dengan imbalan bantuan ekonomi serta normalisasi hubungan. Akan tetapi, perundingan tersebut dibatalkan setelah Korut marah karena muncul kecaman dari Dewan Keamanan PBB atas kegagalan peluncuran satelit mereka pada April 2009. Sejak itu, Korut menolak masuk meja perundingan lagi.
(Wikanto Arungbudoyo)