Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Krisis Marawi Usai, ISIS Gagal Kuasai Filipina

Emirald Julio , Jurnalis-Sabtu, 21 Oktober 2017 |19:11 WIB
Krisis Marawi Usai, ISIS Gagal Kuasai Filipina
Kelompok tentara yang tengah menjaga Marawi. (Foto: Reuters)
A
A
A

JAKARTA – Pekan ini, Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengklaim keberhasilan militer negeri itu dalam menumpas terorisme di Marawi. Pengamat Filipina Profesor Richard Javad Heydarian, mengklaim bahwa dengan berakhirnya krisis di Marawi maka ISIS telah gagal membentuk wilayat di Filipina.

Wilayat merupakan istilah yang digunakan kelompok teroris ISIS untuk lokasi yang mereka kuasai atau duduki. Ketika Marawi diserang oleh kelompok Maute dan Abu Sayyaf, ISIS sempat mengklaim akan membangun basisnya di sana. Namun rencana tersebut berhasil dihentikan dengan usaha militer Filipina yang tanpa lelah terus menggempur kelompok militant radikal yang menduduki Marawi selama beberapa bulan. Pengumuman bebasnya Marawi langsung disampaikan oleh Presiden Rodrigo Duterte pekan ini.

BACA JUGA: Duterte akan Bangun Sistem Federalisme, Pengamat Filipina: Itu Bukan Solusi

“Ancaman wilayat di Filipina berhasil dihentikan dan kita berterima kasih karena itu. (Serangan-red) banyak mengorbankan nyawa dan hampir menghancurkan keseluruhan Marawi,” ucap Heydarian di Conference on Indonesia Foreign Policy (CIFP) 2017 di The Kasablanka, Jakarta Selatan, Sabtu (10/21/2017).

“Wilayat al-Mashriq atau wilayat yang berorientasi timur (Lebanon, Palestina, Yordania, Suriah dan Irak) berhasil dihentikan, setidaknya dalam kasus Marawi dan di Filipina Selatan. Kita harus melanjutkan usaha agar memastikan ini tidak terjadi lagi,” jelas Heydarian mengenai ancaman ISIS di wilayah Mindanao.

BACA JUGA: Duterte Mampu Akhiri Pemberontakan di Mindanao

Namun walau Marawi sudah bebas, Dosen di La Salle University dan Atenao De Manila University itu menegaskan perjuangan untuk menghilangkan ekstremisme di Filipina masih jauh dari kata selesai. “Rekonstruksi di Marawi tampaknya akan menghadapi masalah. Kemarahan terhadap jalan buntu dalam negosiasi perdamaian akan muncul. Masalah kemiskinan di sana juga masih ada,” tuturnya.

Ia menjelaskan bahwa kemiskinan juga menjadi faktor yang dapat memicu kembali munculnya gerakan ekstremisme. Pasalnya, kata Heydarian, peningkatan ekonomi hanya terasa di wilayah Manila dan tidak sampai ke wilayah selatan atau Mindanao sehingga “ekosistem” munculnya ekstremisme masih akan terasa di sana.

(pai)

(Rifa Nadia Nurfuadah)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement