Setelah adanya pemaksaan memeluk agama tersebut banyak anak muda tidak lagi mentato badan. Selain itu saat ini sudah modern generasi memiliki sekolah tidak ada waktu untuk merajah tubuh. Tak hanya saja merajah tubuh itu sakit dan butuh biaya yang mahal.
Sementara dalam laporan hasil penelitian mendiang Ady Rosa berjudul ‘Fungsi dan Makna Tato Mentawai’ (2000) menyimpulkan, ada tiga fungsi tato bagi orang Mentawai. Pertama, sebagai tanda kenal wilayah dan kesukuan yang tergambar lewat tato utama. Ini semacam kartu tanda penduduk (KTP).
Kedua, sebagai status sosial dan profesi. Motif yang digambarkan tato ini menjelaskan apa profesi si pemakai, misalnya sikerei (tabib dan dukun), pemburu binatang, atau orang awam. Ketiga, sebagai hiasan tubuh atau keindahan. Ini tergambar lewat mutu dan kekuatan ekspresi si pembuat tato (disebut ‘sipatiti’) melalui gambar-gambar yang indah.
Menurt Ady, ada sekitar 160 motif tato yang ada di Siberut. Masing-masing berbeda satu sama lain. Setiap orang Mentawai, baik laki-laki maupun perempuan bisa memakai belasan tato di sekujur tubuhnya. Di Pulau Siberut saja setiap daerah selalu berbeda motif-motif tato. (sym)
(Mufrod)