MELALUI jalur diplomasi, Nara Rakhmatia dan AinanNuran giat berkiprah menjalankan semangat Sumpah Pemuda. Saat Indonesia ‘diserang’ negara-negara lain karena dianggap abai mengutamakan hak asasi manusia (HAM), Nara dan Ainan menampar balik mereka yang menjatuhkan tuduhan tersebut. Dan halitudilakukankeduanyadalam forum bergengsidunia, SidangMajelisPerserikatanBangsa-Bangsa (PBB).
Di kancahdunia, salah satu pemuda inspiratif adalah seorang gadis pembelahak-hak pendidikan untuk perempuan di Pakistan. Berikut kisahnya.
Sepak terjang mendiang Perdana Menteri Pakistan Benazir Bhutto memukau gadis kecil bernama Malala Yousafzai. Perempuan kelahiran Mingora itu juga mendapatkan inspirasi dari pemikiran-pemikiran serta sumbangsih ayahnya Ziauddin Yousafzai untuk kemanusiaan, salah satunya dengan membuka sekolah untuk anak-anak setempat.
Baca Juga: Hebat! Pemenang Nobel Malala Yousafzai Diterima di Universitas Oxford
Pada 2009, Malala yang saat itu berusia 11 tahun menulis blog dengan nama samaran untuk diterbitkan oleh BBC Urdu. Ia menuliskan pengalaman sehari-hari di bawah kendali kelompok militan di Provinsi Swat, tempat tinggalnya. Karya tulis sang gadis remaja mencuri perhatian dunia.
Jurnalis New York Times, Adam B. Ellick, lantas membuat dokumenter mengenai kehidupan Malala Yousafzai. Kisah-kisahnya kemudian menyebar luas hingga aktivis kemanusiaan, Desmond Tutu, menominasikan Malala sebagai penerima International Children Peace Price.
Keinginan kuat Malala untuk meraih pendidikan meski sekolah-sekolah di Swat dihancurkan oleh Taliban mendapatkan penghargaan pada 2011. Melansir dari Nobel Prize, ia diganjar International Children’s Peace Prize serta National Youth Peace Prize dari pemerintah Pakistan.
Namun, tidak semua pihak mendukung kampanye Malala dan ayahnya untuk pendidikan yang setara bagi semua orang di Pakistan. Peristiwa yang mengubah hidupnya pun terjadi pada 9 Oktober 2012 pagi. Malala ditembak oleh pasukan Taliban yang berupaya membunuhnya.