"Sebetulnya, itu saja nilai Sungai Cisadane sebagai transportasi kebudayaan dan kesenian itu digali kembali. Tidak harus membangun kebaruan-kebaruan yang malah bikin Cisadane aneh. Buat saya sekarang aneh," tutur Mi'ing.
Menurut Mi'ing, Sungai Cisadane membutuhkan kebijakan yang tegas dengan tetap memperhatikan kearifan lokal dan tidak melepaskan unsur spiritual dan materialnya. Hal tersebut guna menghidupkan kembali ruh sungai sepanjang 126 kilometer tersebut yang penuh dengan potensi tersebut.
"Artinya, segala kebijakan karena kita tidak bisa bicara karena ini milik negara kiri kanan sungai milik negara. Masuarakat nggak bisa berbuat banyak, maka kebijakannya harus kuat. Tentu kebijakan yang mempertahankan kearifan lokal," ungkapnya.
Sementara itu di lain hal, Kepala Bidang Pariwisata pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang, Rizal Ridolloh mengatakan, hingga kini pihaknya masih terus melalukan upaya pengembangan guna mempercantik Sungai Cisadane yang menjadi ikon kebanggaan warga Tangerang.