Di Dewan Clermont, di Prancis, di mana beberapa ratus pendeta dan bangsawan berkumpul, Paus Urbanus II menyampaikan sebuah pidato yang membakar semangat, memanggil orang kaya dan miskin untuk menghentikan perselisihan mereka dan memulai perang untuk membantu rekan-rekan Kristen mereka di Timur dan mengambil kembali Yerusalem. Urbanus merendahkan kaum Muslimin, melebih-lebihkan cerita tentang adanya aksi anti-Kristen di Timur Tengah dan menjanjikan pengampunan serta pengampunan dosa bagi semua orang yang telah meninggal dalam pelayanan Kristus.
Seruan perang yang dikumandangkan Urbanus segera bersambut dan menyebar, memobilisasi para pendeta untuk menggalang dukungan di seluruh Eropa untuk berperang melawan Kaum Muslim. Dikabarkan antara 60.000 dan 100.000 orang menanggapi panggilan Urbanus untuk berbaris dan bergerak menuju Yerusalem.
Tidak semua yang menanggapi seruan tersebut melakukannya karena alasan religius. Bangsawan Eropa tergoda oleh prospek peningkatan kepemilikan tanah dan kekayaan yang bisa didapat dari penaklukan tersebut. Para bangsawan ini bertanggung jawab atas kematian banyak orang tak berdosa baik dalam perjalanan ke dan di Tanah Suci, mengambil kekayaan dan kekayaan orang-orang yang dengan mudah dianggap sebagai lawan dari tujuan mereka.
Korban tewas juga muncul akibat kurangnya pengalaman dan kurangnya disiplin petani Kristen terhadap tentara terlatih dan profesional Muslim. Akibatnya, orang-orang Kristen pada awalnya dipukul mundur, dan hanya karena kekuatan jumlah saja mereka akhirnya bisa menang.
Paus Urbanus meninggal pada 1099, dua pekan setelah jatuhnya Yerusalem ke tangan Pasukan Salib, sebelum berita tentang kemenangan Kristen tersebut berhasil sampai ke Eropa. Perang yang dikobarkannya adalah yang pertama dari tujuh kampanye militer besar yang berlangsung selama dua abad berikutnya yang dikenal sebagai Perang Salib. Akibat dan kerusakan dari Perang Salib tersebut masih dapat dirasakan sampai sekarang.