WASHINGTON – Wakil Presiden Amerika Serikat (AS), Mike Pence, dijadwalkan berkunjung ke Israel dan Palestina pada 19 Desember. Namun, seorang pejabat Palestina yang juga anggota Partai Fatah pimpinan Mahmoud Abbas, menyatakan kedatangan orang nomor dua di AS itu tidak akan diterima.
BACA JUGA: Pemerintah AS Resmi Umumkan Status Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel
“Atas nama Fatah saya mengatakan bahwa kami tidak akan menerima wakil Trump di wilayah Palestina. Dia meminta bertemu Abbas pada 19 Desember di Betlehem. Pertemuan itu tidak akan pernah terjadi,” ujar pejabat bernama Jibril Raoub, mengutip dari Reuters, Jumat (8/12/2017).
Pernyataan sang pejabat mengungkap fakta lainnya. Presiden AS Donald Trump ternyata sempat memberikan tawaran kepada Presiden Otoritas Palestina (PLO), Mahmoud Abbas, sebelum mengakui bahwa Yerusalem adalah Ibu Kota Israel.
Reuters mewartakan, Trump menerangkan ada upaya di belakang layar yang dilakukan penasihat Gedung Putih untuk menyusun cetak biru perundingan damai yang akan dilangsungkan pada semester pertama 2018. Akan tetapi, inisiatif itu saat ini terancam batal digelar.
Lewat sambungan telefon satu hari sebelum pengumuman, Trump berupaya meyakinkan Abbas bahwa Palestina akan tetap mendapatkan keuntungan dari rancangan perdamaian yang sedang digagas menantunya Jared Kushner dan utusan khusus untuk Timur Tengah, Jason Greenblatt.
BACA JUGA: 5 Dampak Politis Rencana Pemindahan Kedubes AS ke Yerusalem
Menurut pejabat AS yang namanya dirahasiakan, Trump mengatakan bahwa rancangan perdamaian tersebut menawarkan kesepakatan yang akan membuat Palestina puas. Kabarnya, rancangan itu akan membahas soal Yerusalem, perbatasan, keamanan, masa depan pemukiman Yahudi di wilayah Palestina, nasib para pengungsi Palestina, serta AS akan mendorong dukungan finansial dari negara-negara Arab untuk Palestina.
Namun, inisiatif itu saat ini terancam akibat keengganan Palestina untuk berdialog usai Trump mengumumkan bahwa AS mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Menurut pejabat tersebut, proses penawaran AS terhadap Palestina bisa saja gagal jika pihak kedua tetap enggan berbicara.
“Jika mereka masih mengatakan tidak mau berbicara, kami tidak akan melakukannya,” ujar pejabat yang namanya dirahasiakan tersebut.
(Wikanto Arungbudoyo)