Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Presiden Palestina: AS Tidak Pantas Lagi Menjadi Pendukung Proses Perdamaian

Wikanto Arungbudoyo , Jurnalis-Sabtu, 09 Desember 2017 |08:32 WIB
Presiden Palestina: AS Tidak Pantas Lagi Menjadi Pendukung Proses Perdamaian
Pengunjuk rasa membawa bendera Palestina di Tepi Barat (Foto: Mohammed Salem/Reuters)
A
A
A

RAMALLAH – Seruan untuk melakukan unjuk rasa besar-besaran pada Jumat 8 Desember betul-betul dilaksanakan oleh warga Palestina. Usai menunaikan salat Jumat di Masjidil Aqsa, ribuan warga Palestina berjalan menuju gerbang Kota Tua Yerusalem untuk berunjuk rasa.

BACA JUGA: Pemerintah AS Resmi Umumkan Status Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel

Aksi serupa juga digelar di seluruh wilayah Palestina, termasuk Tepi Barat dan Jalur Gaza. Tentara Israel menembak mati seorang warga Palestina di dekat perbatasan Gaza. Sementara satu orang lagi meninggal dunia setelah sempat dilarikan ke rumah sakit di wilayah yang dikuasai Hamas tersebut.

“Ratusan warga Palestina berunjuk rasa dengan membakar ban dan melempari tentara kami di perbatasan dengan batu. Selama keributan tentara IDF menembak secara selektif ke arah dua orang penghasut,” bunyi pernyataan resmi militer Israel, mengutip dari Reuters, Sabtu (9/12/2017).

BACA JUGA: Aksi Pemberontakan Terkait Status Yerusalem, Tentara Israel Tewaskan Seorang Demonstran

Menurut data Bulan Sabit Merah Palestina, lebih dari 80 orang luka-luka di Tepi Barat dan Jalur Gaza akibat tembakan dari militer Israel. Puluhan orang lainnya juga menderita sesak napas akibat tembakan gas air mata.

Sementara di Yerusalem, warga Palestina berunjuk rasa setelah menunaikan salat Jumat di Masjidil Aqsa. Mereka beramai-ramai berjalan kaki menuju gerbang Kota Tua Yerusalem dan meneriakkan yel-yel menentang pengakuan Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.

BACA JUGA: Israel Luncurkan Serangan Udara ke Jalur Gaza, 25 Warga Terluka

Mengetahui aksi unjuk rasa di seluruh Palestina tersebut, Presiden Mahmoud Abbas akhirnya angkat bicara. Pria berusia 82 tahun itu menuding bahwa Amerika Serikat (AS) sudah tidak lagi pantas menyandang gelar sebagai pendukung proses perdamaian.

“Kami menolak keputusan Amerika terkait Yerusalem. Dengan posisi ini, AS sudah tidak lagi pantas menjadi pendukung proses perdamaian,” bunyi pernyataan resmi Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas.

BACA JUGA: Yerusalem Diakui Ibu Kota Israel, Hamas Serukan Pemberontakan 8 Desember

Sebagaimana diberitakan, Ketua Partai Hamas, Ismail Haniyeh, menyerukan agar warga Palestina bersatu padu untuk menjadikan Jumat 8 Desember sebagai “Hari Kemarahan”. Panggilan itu dinyatakan tidak lama setelah pemerintah AS secara resmi mengakui bahwa Yerusalem adalah Ibu Kota Israel pada Rabu 6 Desember.

(Wikanto Arungbudoyo)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement