Umat Kristiani mungkin hanya sekira 1% dari total populasi Palestina di Jalur Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur. Akan tetapi, mereka tetap berpartisipasi dalam perjuangan kemerdekaan Palestina. Hazo bahkan ikut memprotes pemasangan fasilitas keamanan tambahan di Masjid al Aqsa oleh Israel pada Juli lalu.
BACA JUGA: Yerusalem Diakui Ibu Kota Israel, Hamas Serukan Pemberontakan 8 Desember
Cerita yang sama disampaikan oleh warga bernama Mohammed al Hawa. Pria yang berprofesi sebagai kasir supermarket itu mengatakan bahwa semua umat beragama di Palestina tetap bersatu dalam doa, bahkan jika mereka memiliki pandangan politik yang berbeda.
“Kristiani, Yahudi, Muslim, hidup berdampingan di kota ini selamanya. Tidak ada masalah antara mereka. Hanya politik. Pemerintah-pemerintah yang menginginkan perang,” ucap pria berusia 33 tahun itu.
“Ini kota saya, darah saya, hidup saya. Saya bisa pergi ke gereja, ke tempat manapun di Yerusalem. Trump atau Netanyahu tidak bisa menghentikan saya,” ujar seorang warga Palestina lain berusia 70 tahun yang mengakui dirinya bernama ‘Yerusalemite’.
(Wikanto Arungbudoyo)