Penghasilan sebagai buruh serabutan, kata Romlan, hanya bisa mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari, bahkan jauh dari kata lebih. Namun, ia bersyukur saja.
"Hasil kerja saya cuma cukup untuk sehari-hari. Enggak banyak. Sehari Rp20.000, paling banyak Rp50.000. Kalau cuaca lagi hujan, tidak kerja di pabrik bata," ucapnya kala ditemui di kediamannya.
Seusai dibawa ke pengobatan alternatif (nonmedis) tidak ada kesembuhan untuk Kanza. Bahkan, tumor yang diderita putrinya semakin hari makin besar. Kejanggalan terus ditampakkan Kanza, dimulai dari seringnya buang air kecil dan besar.
Akibat tumor yang terus menggerogoti, tubuh mungil Kanza menjadi tidak ideal untuk anak seusianya. Romlan memilih tinggal di gubuk yang tidak jauh dari tempatnya bekerja dengan alasan agar mudah memantau putri tercintanya.
Romlan pun berharap hanya meminta kesembuhan Kanza sehingga bisa buang air kecil dan besar normal, serta dapat bersekolah seperti anak-anak normal lainnya.