JAKARTA – Nama Ida Fauziyah mendadak menjadi perbincangan publik setelah resmi diusung Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mendampingi Sudirman Said di Pemilihan Kepala Daerah Jawa Tengah 2018. Kemunculan nama perempuan berusia 48 tahun itu cukup mengejutkan karena tidak masuk ke radar mantan menteri energi dan sumber daya mineral tersebut dalam perebutan kursi Jateng 1.
Ida fauziyah menjelaskan alasan dirinya mengikuti kontestasi Pilgub Jateng. Ia menyatakan cukup miris melihat sedikitnya keterwakilan perempuan mengikuti ajang pesta demokrasi. Maka itu, hatinya tergugah mencalonkan diri dan mengikuti petunjuk dari partai agar mau mengikuti pesta demokrasi tersebut.
Politikus PKB itu berharap dengan niat dirinya mencalonkan sebagai bakal kepala daerah akan membuat kaum hawa lainnya yang berada di Indonesia lebih aktif di dalam dunia politik. Sebab, kata dia, melihat jumlah populasi perempuan di Indonesia yang begitu banyak sudah saatnya mereka ikut andil dalam suatu pilkada agar tercipta sebuah kesetaraan gender.
"Ketika membaca itu jadi tantangan tersendiri. Tantangan membangun untuk keadilan gender. Akan terasa efeknya ketika saya jadi peran di eksekutif," ujar Ida di kediaman Prabowo Subianto, Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, Selasa 9 Januari 2018 malam.

(Baca: Beri Restu Sudirman Said-Ida Fauziyah Maju Pilgub Jateng, Prabowo: Ini Kekuatan Ibu-Ibu)
Ia menambahkan, pihaknya cukup lama berkecimpung di dalam dunia legislatif yang membidangi pemerintah daerah. Dirinya ingin karier politik tak hanya berada di dalam pembuat undang-undang, melainkan juga sebagai pelaksana UU yang telah dirancang anggota DPR.
"Saya ini lama Komisi II yang terkait pemerintahan daerah. Saya ikut merumuskan UU Otonomi Daerah. Pada saatnya tidak membuat UU saja," imbuhnya.
Tak hanya itu, Ida juga kembali menjelaskan alasan lain ia menjadi calon wakil gubernur. Ia menuturkan, sewaktu pertama kali menduduki kursi parlemen pada 1999, Ida merupakan anggota yang paling muda.
Oleh karena itu, kini dirinya memutuskan keluar dari DPR agar tidak menjadi orang paling tua di dalam legislatif.
"Apalagi tahun 1999 itu saya jadi anggota DPR termuda. Saya tentu enggak mau dong jadi anggota tertua dari DPR," pungkasnya.
(Hantoro)