Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kisah Peter Kurten, Sang Vampir dari Dusseldorf

Rahman Asmardika , Jurnalis-Sabtu, 10 Februari 2018 |08:01 WIB
Kisah Peter Kurten, Sang Vampir dari Dusseldorf
Peter Kurten, Sang Vampir dari Dusseldorf. (Foto: Bundesarchiv)
A
A
A

PEMBUNUH berantai sepertinya memiliki status khusus bagi dalam bidang kriminologi. Menurut definisinya, seorang pembunuh bayaran adalah orang yang telah membunuh tiga atau lebih dari tiga orang dalam jangka waktu tertentu, terkadang ada jeda di antara para korbannya. Seringkali, mereka tidak berhenti membunuh sampai tertangkap.

Peneliti berusaha untuk menemukan pola dari kejahatan para pembunuh berantai, tetapi motif tiap kriminal itu berbeda-beda, mulai dari trauma masa kecil, atau masalah mental dan kepribadian. Dalam berbagi media, para pembunuh berantai ini biasanya ditampilkan sebagai monster atau setan.

Salah satu pembunuh berantai yang mendapat julukan mengerikan itu adalah Peter Kurten, sang Vampir dari Dusseldorf. Dia membunuh setidaknya sembilan orang sebelum ditangkap pada 1931.

Kurten lahir pada 1883 di Cologne, Jerman dalam sebuah keluarga miskin. Selama masa kecilnya, Kürten, anak sulung dari 13 bersaudara, terus-menerus terpapar adegan pelecehan dan kekerasan sadis dari ayahnya yang seorang pecandu alkohol. Ayah Kurten seringkali memukuli anak-anaknya dan memperkosa istrinya di depan mereka.

Kondisi ini berpengaruh buruk pada Kurten. Di usia 9 tahun dia membunuh dua orang temannya. Dia mendorong seorang temannya ke air dan menenggelamkan teman lain yang berusaha menolong.

Dia juga membunuh dan menyiksa banyak binatang serta melakukan penipuan dan pencurian. Kurten menghabiskan beberapa tahun di dalam penjara yang semakin memperjelas kecenderungannya melakukan kekerasan dan aksi sadis.

Salah satu sumber menyebutkan, pembunuhan pertama yang tercatat dilakukan sang vampir terjadi pada 1913 di Cologne. Pembunuhan itu berawal dari sebuah perampokan yang berujung pada pemerkosaan dan penusukan terhadap seorang gadis berusia 10 tahun bernama Christine Klein.

Kejahatannya sempat mereda karena bergabung dengan pasukan Jerman dalam Perang Dunia I dan hukuman penjara yang dijatuhkan kepadanya karena desersi. Setelah keluar dari penjara pada 1921, Kurten pindah ke Altenburg. Di sana dia menikahi seorang pramuria dan menjalani kehidupan normal sampai dia pindah ke Dusseldorf pada 1925 dan melanjutkan aksi sadisnya.   

Dalam waktu beberapa bulan, Kürten terus melakukan pembunuhan demi pembunuhan. Pada awal Februari 1929, dia menyerang seorang wanita dan membunuh seorang gadis muda. Dua pekan kemudian dia membunuh seorang mekanik dengan menusuknya 20 kali.

Setelah jeda sesaat dia kembali beraksi pada Agustus 1929 dengan menusuk tiga orang dalam kasus yang terpisah. Dia juga membunuh dua perempuan muda dan menikam perempuan lain keesokan harinya. Pada bulan berikutnya kurten memerkosa dan membunuh seorang gadis pelayan di hutan di pinggiran kota Dusseldorf.

Segera setelah itu, dia menyerang dua wanita lagi sebelum pada November 1929 Kurten melakukan pembunuhan terakhirnya dengan korban seorang gadis berusia lima tahun yang ditusuk sampai 36 kali dengan gunting.



Setelah mengubur mayat gadis itu, Kurten mengirim sebuah peta ke sebuah surat kabar lokal yang mengungkapkan lokasi makam tersebut.Dia kemudian dikenal sebagai Vampir dari Dusseldorf karena ia meminum beberapa darah dari beberapa korbannya.

Vintage News melansir, banyaknya pembunuhan yang dilakukan dan metode pembunuhan Kurten yang berbeda-beda membuat polisi menduga ada beberapa pelaku yang terlibat. Beberapa korban ditusuk, sebagian lain dipukuli dengan palu hingga tewas sehingga ada ribuan tersangka. Kurten akhirnya tertangkap karena dia membawa seorang perempuan muda ke hutan dan memerkosanya, tetapi perempuan itu tidak dibunuh.

Perempuan itu kemudian melaporkan lokasi rumah Kurten kepada polisi. Kurten mencoba melarikan diri setelah mengakui perbuatannya pada istrinya. Namun, sang istri yang tertarik dengan uang hadiah untuk penangkapan Kurten melaporkan suaminya kepada polisi. Kurten ditangkap pada 24 Mei 1930.

Pada April 1931, Kürten diadili setelah mengakui 79 serangan. Dia didakwa melakukan sembilan pembunuhan dan tujuh upaya pembunuhan. Kurten menerima dakwaaan itu dan menyalahkan kejahatannya terhadap kondisi masyarakat tempat tinggalnya yang menindas.

Kürten dieksekusi dengan menggunakan guillotine pada 1 Juli 1931. Wawancara yang dilakukan Peter Kurten dengan Dr. Berg menjadi sebuah studi psikologi pertama dari seorang pembunuh berantai. Buku yang ditulis Berg, "Sadist" dianggap sebagai laporan dan analisis forensik yang mendalam dan merupakan perkenalan ke dalam pikiran mengerikan seorang pembunuh berantai.

(Rahman Asmardika)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement