MOSKOW - Pemerintah Rusia mengumumkan akan membuat jalur evakuasi dan mengimplementasikan gencatan senjata selama lima jam setiap harinya agar warga sipil di Ghouta timur bisa keluar dari daerah konflik tersebut. langkah ini disampaikan setelah Dewan Keamanan PBB menuntut diberlakukannya 30 hari gencatan senjata di seluruh wilayah Suriah.
BACA JUGA: Serangan Udara di Ghouta Masuki Hari Kelima, PBB Desak Gencatan Senjata
Dalam sepekan terakhir, pasukan Pemerintah Suriah melancarkan serangan udara dan pengeboman tanpa henti ke kantong pasukan pemberontak di Ghouta Timur. Serangan dahsyat tersebut menyebabkan lebih dari 400 orang tewas dan membuat 400 ribu warga sipil di Ghouta terancam kehilangan pasokan air, makanan, listrik di tengah musim dingin yang melanda Suriah.
PBB menyebut serangan ke Ghouta timur sebagai sebuah pembantaian. Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres mendesak dihantikannya serangan udara dan diimplementasikannya gencatan senjata di wilayah yang terletak di pinggiran Damaskus itu.
"Ghouta timur tidak bisa menunggu, sudah saatnya menghentikan neraka ini di bumi," kata Guterres kepada Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) PBB di Jenewa.
Diwartakan Reuters, Selasa (27/2/2018) Rusia sebagai sekutu kuat dari Suriah mengumumkan pemberlakuan gencatan senjata harian di Ghouta timur. Presiden Rusia, Vladimir Putin memerintahkan gencatan senjata itu diberlakukan antara pukul 9 pagi sampai 2 sore setiap harinya serta dibentuknya sebuah koridor kemanusiaan di sana.
Pimpinan Pusat Perdamaian dan Rekonsiliasi Rusia di Suriah, Mayor Jenderal Yuri Yevtushenko mengatakan, langkah itu diambil dengan tujuan membantu warga sipil meninggalkan Ghouta timur dan mengevakuasi warga yang sakit atau terluka. Namun, gencatan senjata Rusia itu tidak menyebutkan pemberian akses kepada bantuan kemanusiaan untuk memasuki Ghouta timur.
Palang Merah Internasional menyambut baik inisiatif Rusia tersebut namun, meminta bantuan kemanusiaan diizinkan masuk ke Ghouta timur.
"Tetap ada kebutuhan bagi konvoi kemanusiaan untuk bergerak dengan suplai vital: obat-obatan, kebutuhan medis, makanan, bahan untuk memurnikan air. Ini adalah tempat dengan penduduk 400.000 orang dan kebutuhan kemanusiaan sangat besar," kata Juru Bicara Palamng Merah Internasional, Iolanda Jaquemet.
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov mengatakan, gencatan senjata itu tidak mencakup faksi Ahrar al-Sham atau Jaish al-Islam yang dia sebut sebagai mitra dari Front al-Nusra yang dikategorikan sebagai kelompok teroris.
(Rahman Asmardika)