PARA penumpang kereta api di Stasiun Besar New York, Amerika Serikat (AS) dikejutkan oleh bunyi ledakan. Beruntung, ledakan yang berasal dari bahan peledak buatan sendiri itu tidak melukai siapa pun pada 29 Maret 1951.
Akan tetapi, ledakan tersebut adalah awal dari serangkaian pengeboman dalam beberapa bulan ke depan. Sedikitnya lima buah bom ditemukan di sejumlah landmark New York, termasuk perpustakaan umum. Otoritas lantas menyadari bahwa bom-bom itu adalah gelombang aksi teroris dari ‘Pengebom Gila’.
Pengalaman pertama dari ‘Pengebom Gila’ itu sudah terjadi pada 16 November 1940 ketika sebuah bom pipa ditinggalkan di Gedung Con Edison. Pelaku turut meninggalkan secarik catatan berbunyi ‘Con Edison gila, ini untuk Anda’. Otoritas lantas menemukan lebih banyak bom pada 1941 hingga ada sebuah catatan terakhir.
“Saya tidak akan membuat bom lagi selama perang,” tulis ‘Pengebom Gila’, mengutip dari History, Kamis (29/3/2018). Pengirim catatan itu mengaku hanya ingin Con Edison, perusahaan listrik New York, dibawa ke meja hijau secepatnya.
Si Pengebom Gila menetapi janjinya meski beberapa kali mengirimkan pesan bernada ancaman kepada media. Setelah aktivitas sepanjang 1951, Si Pengebom Gila kembali tenang hingga sebuah bom meledak di Radio City Music Hall pada 1954. Pada 1955, Pengebom Gila menyerang Stasiun Besar New York untuk kedua kalinya serta Kapal Feri Staten Island.