DAMASKUS – Kementerian Luar Negeri Suriah menuduh Amerika Serikat (AS) menggunakan berita palsu dan kebohongan sebagai alasan untuk melakukan serangan. Sebagaimana diberitakan, muncul kabar bahwa AS dan sekutu-sekutunya akan menyerang Suriah dalam waktu 72 jam ke depan.
“Kami tidak terkejut dengan eskalasi yang tidak dipikirkan oleh rezim AS, yang mana mendukung terorisme di Suriah hingga saat ini,” ujar seorang pejabat di Kementerian Luar Negeri Suriah, sebagaimana dimuat kantor berita SANA, mengutip dari Reuters, Kamis (12/4/2018).
Rusia, melalui Duta Besar untuk Lebanon Alexander Zasypkin, mengingatkan bahwa militernya memiliki hak untuk menembak jatuh rudal dan menghancurkan semua lokasi peluncuran jika AS menyerang Suriah. Pernyataan itu dilontarkan untuk merespons rencana serangan militer ke Suriah oleh AS.
BACA JUGA: Serangan Kimia Pasukan Suriah ke Ghouta Tewaskan 41 Orang
BACA JUGA: Rusia Akan Tembak Jatuh dan Serang Tempat Peluncuran Rudal yang Menyasar ke Suriah
Sebagaimana diberitakan, sedikitnya 41 orang tewas di Douma pada Sabtu 7 April setelah terjadi serangan kimia yang diduga dilakukan oleh pasukan Suriah. Damaskus menolak tuduhan tersebut dan balik mengatakan bahwa serangan kimia itu adalah karangan kelompok pemberontak yang makin terdesak posisinya di Douma.
Hingga Minggu 8 April, AS mengaku masih menimbang masak-masak dan memilih mengonfirmasi laporan serangan kimia tersebut. Akan tetapi, memasuki Senin 9 April, Presiden Donald Trump mengatakan ada harga mahal yang harus dibayar oleh Presiden Suriah Bashar al Assad atas serangan kimia tersebut.