PURWAKARTA - Rohayu (14), jadi salah satu gambaran betapa masih ada anak yang memiliki cita-cita mulia, namun terbentur keadaan ekonomi. Dibayangi perasaan trauma kehilangan ayahanda yang meninggal beberapa bulan lalu, dan sang ibu yang sudah sewindu wafat, tak surutkan semangatnya untuk meraih cita-cita sebagai dokter.
“Mau terus belajar biar bisa menjadi dokter. Kalau ada yang sakit, bisa langsung saya obati. Ingat terus sama emak dan bapak saat sakit. Jadi, enggak tega kalau lihat orang sakit,” ujar Rohayu lirih, Jumat (6/7/2018).
Rohayu pun tinggal bersama kedua kakaknya di sebuah gubuk yang hampir roboh. Tepatnya, di Desa Tegalwaru, Kecamatan Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang. Ketiganya sudah tidak memiliki ayah dan ibu alias yatim piatu. Kedua kakak Rohayu bernama Haerudin (20) dan Sumini (24).
“Rumah ini milik almarhum. Kami masih tinggal di sini. Inginnya memang perbaiki rumah. Tapi kerja saja masih serabutan Pak,” keluh Haerudin.
Sebagai anak lelaki, Haerudin membanting tulang demi mencukupi kebutuhan keluarga. Dia berkeliling setiap hari menjajakan es milik tuannya. Keinginan berjualan es milik sendiri masih urung terlaksana karena ketiadaan modal.
“Rohayu masih sekolah di SD Tegalwaru. Dia sekarang kelas 6. Kalau kakak di rumah saja. Sementara saya berjualan es Pak,” katanya.