PERDANA Menteri Israel marah karena komentar presiden Turki yang menyatakan Israel sebagai "negara paling fasis dan paling rasis" di dunia.
Benjamin Netanyahu menuduh Recep Tayyip Erdogan "membinasakan warga Suriah dan Kurdi" setelah Erdogan membandingkan pemimpin politik Israel dengan Hitler.
Netanyahu, lewat tweet mengatakan di bawah kekuasaan Erdogan, Turki menjadi " (sistem) kediktatoran yang kelam".
Hubungan kedua negara menegang akhir-akhir ini.
Meskipun sebelumnya sempat menjadi sekutu dekat, Turki memutus hubungan diplomatik dengan Israel pada tahun 2010 setelah 10 pegiat pro-Palestina Turki terbunuh dalam bentrokan dengan komando Israel yang memasuki kapal milik Turki, yang berusaha menembus blokade laut di Jalur Gaza.
Turkey, under Erdogan’s rule, is becoming a dark dictatorship whereas Israel scrupulously maintains equal rights for all its citizens, both before and after introducing this law.
— Benjamin Netanyahu (@netanyahu) 24 Juli 2018
Hubungan membaik pada tahun 2016, tetapi diplomat senior masing-masing dikirim pulang pada bulan Mei tahun ini karena pertikaian terkait pembunuhan Israel atas warga Palestina di tengah-tengah unjuk rasa yang terjadi di perbatasan Gaza-Israel.
Kelompok hak asasi manusia menuduh pasukan Israel menggunakan kekerasan yang berlebihan.
Israel menyatakan mereka menembak hanya untuk membela diri atau terhadap warga Palestina yang berusaha menyusup ke wilayahnya dengan menggunakan demonstrasi sebagai kedok untuk melakukan penyerangan.
Semangat Hitler
Dalam sebuah pidato kepada partainya AKP yang Islamis, Erdogan dengan tajam mengkritik hukum kontroversial yang diloloskan Israel minggu lalu yang menggolongkan negara itu sebagai negara Yahudi.
"Langkah ini memperlihatkan, tanpa sedikitpun keraguan, bahwa Israel adalah negara paling Zionis, fasis dan rasis di dunia," kata Erdogan.
"Tidak ada perbedaan antara obsesi Hitler terhadap ras Arya dengan pemahaman Israel bahwa tanah kuno ini hanyalah untuk warga Yahudi.
"Semangat Hitler, yang menyebabkan terjadinya bencana besar dunia, bangkit kembali di antara sebagian pemimpin Israel," dia menambahkna.
Israel memandang perbandingan dengan rezim Nazi, yang membunuh enam juta warga Yahudi di Eropa saat Holokos, sebagai suatu ejekan yang mengerikan.
(Rachmat Fahzry)