"Modal itu (pengalaman memimpin) saya rasakan dapatlah dimanfaatkan jika dapat kesempatan (Cawapres). Saya enggak mau basa-basi, apalagi pura-pura tidak mau," terangnya, saat ditemui di kampus Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Jum'at (3/8/2018).
Namun ia juga tahu diri, saat ini dirinya tak menjadi kader maupun bagian dari partai politik manapun. Meskipun dulunya pernah menjabat sebagai petinggi partai politik
"Saya tahu diri, saya bukan orang parpol lagi. Walau dulu petinggi parpol. Oleh karena itu, Saya tahu yang bisa mencalonkan itu (Capres dan Cawapres) parpol dan gabungan parpol," ujar mantan Ketua Muhammadiyah ini.
Pihaknya juga enggan untuk mengemis dan meminta diajukan sebagai Cawapres maupun jabatan tertentu lainnya dengan alasan ada hadist yang melarang seseorang meminta jabatan.
Bersama Ketua MUI KH Ma'ruf Amin dan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj, nama pria yang kini juga menjabat Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antaragama dan Peradaban digadang - gadang menjadi pendamping Joko Widodo di Pilpres 2019 dari kalangan ulama.
(Angkasa Yudhistira)