PALU – Pemerintah pusat dan daerah bergerak cepat menangani korban bencana gempa dan tsunami di Palu. Semua aktivitas di lokasi dilakukan secara maksimal.
Selain itu, pemerintah juga serius menyelesaikan insiden penjarahan yang dilakukan oleh oknum masyarakat di Sulawesi Tengah (Sulteng). Terkini, kondisi keamanan mampu dikendalikan dengan baik.
"Situasi sudah terkendali. Aparat dan pemerintah bekerja sama untuk menanganinya. Alhamdulillah, kita semua masyarakat harus bekerja sama agar semakin tercipta suasana yang kondusif," ujar Kepala BIN RI Jenderal Budi Gunawan kepada wartawan di lokasi bencana Palu, Rabu (3/10/2018).
Menurut pria yang akrab disapa BG itu, dua hari pertama terus dimonitor, sehingga situasi telah dikendalikan pemerintah dan aparat dan semua sudah normal.
(Baca juga: Basarnas Evakuasi 31 Korban Selamat dari Sigi Sulteng)

Ia berpendapat kasus penjarahan terjadi lantaran warga panik kehabisan makanan. Namun, BG menyebut kerugian akan diganti oleh pemerintah.
"Masih ada satu-dua dan itu sudah kita catat. Kemarin hasil rapat Mendagri dan Menko, perintahkan aparat dicatat setiap kerugian akan ditanggung. Akan diganti pemerintah. Penjarahan karena semua tentu panik makanan habis, termasuk persoalan air. Tapi, situasi sudah bisa ditangani," ungkapnya.
Terkait musibah besar yang terjadi di Indonesia, Budi Gunawan mengatakan telah ada kejadian sebelumnya. Ia pun meyakini warga akan mampu menghadapi musibah ini, dan diharapkan pulih secepatnya.
"Kita ada pengalaman dua kali di Aceh dan Padang. Lombok kemarin 2018. Kali ini di Palu dan Donggala dan sekitarnya. Tapi yang pasti Indonesia, kita bangsa yang besar dan kuat punya kemampuan survival yang kuat. Yang terpenting kita punya semangat untuk segera pulih dan bangkit kembali," tambahnya.
(Baca juga: Kisah Atlet Paralayang Terkubur 4 Jam di Reruntuhan Hotel Roa Roa Palu)

Terkait bantuan yang terlambat sampai di lokasi. Budi Gunawan mengatakan diakibatkan oleh transportasi. Namun, beberapa hari ke depan diharapkan dapat pulih.
"Yang belum dapat bantuan karena terkendala tranportasi. Lewat laut paling cepat dua hari. Udara landasan pacu juga terganggu. Tapi kami yakin beberapa hari ke depan akan stabil. Presiden akan cek setiap saat. Insya Allah hadir cek setiap saat," tambahnya.
Budi Gunawan juga menyebut perlu penguburan secepatnya terhadap korban yang meninggal.
"Akses menuju ke sana (Petabo) cukup sulit. Sudah ada penguatan yang datang perjalanan darat, alat berat. Itu butuh alat berat. Kita juga pikir penguburan massal jenazah yang sudah terkumpul. Untuk menghindari tertular penyakit yang tidak diharapkan," jelasnya.
(Hantoro)