Terciptalah ide untuk menggarap tarian yang memang sesuai dengan karakter masyarakat Kolok yang saya beri judul Tari Bebila yang artinya itu Bebek Bingar Bengkala (Bebila),” ujarnya saat ditemui setelah pementasan tari di Desa Bengkala, beberapa waktu lalu.
Tari Bebila memiliki makna semangat yang besar, bahwa kelompok difabel dengan kekurangannya mampu bersaing dengan masyarakat normal lainnya. Dengan iringan suling, gamelan, kenong, dan gong, penari Kolok menari menyerupai segerombolan bebek yang riang gembira. Dengan keterbatasan yang dimiliki, penari Kolok menari tanpa aba-aba namun dengan hati sehingga pas dengan ketukan musik. Seolah para Kolok dapat mendengar iringan musik yang ada.
Ida menuturkan keunggulan dari penari Kolok yang ada di Desa Bengkala. “Di tempat lain pada umumnya, kelompok penari difabel biasanya selalu memakai kode atau aba-aba saat menari. Nah keunggulan masyarakat Kolok Desa Bengkala ini tidak, saya ingin membuktikan bahwa kelompok masyarakat difabel ini sama loh dengan kita-kita yang normal. Orang yang menonton pun, jika tidak diberi tahu tidak akan menyadari bahwa mereka itu kolot,” terang Ida Tresnawati.
Selain tari Bebila, Ida juga menciptakan dan mengajari satu tarian bernama Tari Jalak Anguci. Tarian ini ditarikan oleh dua penari perempuan Kolok. Ide awalnya muncul karena Pertamina memiliki penangkaran Jalak di Desa Sibang Surabaya. “Saya lihat gambarnya kemudian tercipta tarian karena sifat dari burung Jalak. Jalak ini jika sudah menemukan pasangan akan terus berdua karena kesetiaannya. Jalak Anguci ini juga memiliki keindahan yang cocok untuk ditarikan,” pungkasnya.
Dalam mengajari warga Kolok menari membutuhkan waktu dua sampai tiga bulan. Menurut Ida selama tarian didasari oleh rasa, akan lebih mudah untuk meresapinya. Musik menjadi salah satu media dari ekspresi rasa untuk diekspresikan lewat gerakan. Sebelum mengajar biasanya Ida sudah mempersiapkan iringan serta gerakan tariannya. Selanjutnya mengajari penari Kolok gerakan dasar. Setelah hafal ditunjukkan beberapa video yang harus penari Kolok pelajari selama satu minggu.
“Ketika kelompok difabel yang menari mereka tidak bisa mendengar atau berbicara ini menjadi kesulitan yang luar biasa. Dengan tekun kita harus memberi tahu bahwa menari harus seperti ini. Kami ada penerjemahnya yang menjembatani agar bisa semuanya itu tersampaikan. Perbedaan lainnya ialah penabuh atau pemusik yang mengiringi penari.Kuncinya semangat dan tidak mudah menyerah dalam berlatih,” tambah Ida.