JAKARTA - Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko meminta agar peristiwa pembakaran bendera berkalimat tauhid yang dilakukan oknum Banser NU tidak semakin berlanjut sehingga menimbulkan situasi yang tidak kondusif.
"Situasi ini jadi jangan memunculkan situasi yang semakin ribet," kata Moeldoko usai menghadiri acara "Empat Tahun Kerja Pemerintahan Joko Widodo - Jusuf Kalla di Kementerian Sekretariat Negara, Selasa (23/10/2018).
(Baca juga: Wiranto: GP Ansor Tak Sengaja Membakar Kalimat Tauhid)
(Baca juga: Pihak yang Manfaatkan Pembakaran Bendera Tauhid untuk Hal Negatif Mengkhianati Para Pendahulu)
Ia juga meminta agar kejadian tersebut dipahami masyarakat dan tidak di kaitkan dengan hal yang lain baik politik maupun yang lainnya.
"Ini peristiwa, kejadian yang anyar dua kelompok tidak ada keterlibatan negara tidak ada keterlibatan antara dua kontestasi yang saat ini sedang berjalan, itu harus jelas bahwa ini sebuah peristiwa lokal yang dilakukan oleh dua organisasi," tuturnya.
Sebab hal itu dapat memicu kondisi masyarakat tidak kondusif, untuk itu Ia meminta hal tersebut diserahkan kepada pihak kepolisian.
"Nanti kepolisian sepenuhnya akan menyelesaikan jangan dikaitkan dengan pemerintah jangan dikaitkaitkan dengan kontestasi perpolitikan kita intinya di situ," tambahnya.
"Karena peristiwanya menjadi semakin tidak kondusif, kita semuanya masyarakat ingin tenang ingin menikmati kehidupan yang damai," tukasnya.
Sebelumnya, beredar video berdurasi 02.05 menit di media sosial. Dalam video tersebut, terlihat ada seseorang berbaju Barisan Serba Guna Nahdlatul Ulama (Banser NU) yang membawa bendera berwarna hitam bertuliskan kalimat tauhid.
Belasan orang diduga anggota Banser lainnya kemudian berkumpul untuk bersama-sama menyulut bendera tersebut dengan api. Sebagian dari mereka mengenakan pakaian loreng khas Banser lengkap dengan baret hitam.
(Awaludin)